Sesuai ketentuan UUD 1945 ayat 29 : Setiap orang berhak atas kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Terkadang kita berpikir dengan keadaan yang terjadi saat ini.
Dengan ketidak sadaraan kita, populasi mengajarkan kepada kita tentang arti sebuah kebohongan yang tidak hanya di ajarkan saja, tapi mereka seperti seolah menyuruh kita untuk mengaplikasikanya di kehidupan kita pribadi.
Sebenarnya sangat sulit untuk menerima penyataan demikian.
Karena yang saya tahu tidak banyak dari kita yang sukses dengan cara mementingkan peran ketidak jujuran ini.
Lantas? Apa yang harus kita lakukan agar populasi tersebut senang dengan permainan seperti ini..!!
Maka timbul lah sebuah brainchild yang sebenarnya gagasan tersebut tidak sama sekali terlintas di dalam diri kita.
Jika pertanyaan ini kita musyawarahkan.?
Yang pertama : kita sebagai kaum awan menegaskan bahwa kehidupan ini real dan tidak ada unsur paksaan untuk melakukan sebuah kenyamanan yang ada didalamnya.
Yang kedua : kita lebih mendambakan nada atau jeritan yang bersifat jujur walau dalam masa tenggang yang agak sulit kita terima. Dari pada kita harus memamerkan kebohongan yang jelas jelas itu hanyalah fikti dari sebuah kejadian tersebut.
Yang ketiga : apa yang kita lakukan saat ini merupakan sebuah kepentingan yang tidak terlalu penting. Atau kemudian sebuah keharusan yang tidak terlalu harus. Karena ini bersifat audience yang menurut pemikiran saya ini hanya lah sebuah cara atau strategi atau proses yang tujuaa demi tercapainya apa yang ingin kita dapatkan.
Nah, pertanyaannya saya ganti : jika kita melakukannya sendiri dengan cara kita sendiri tapi hasil akhirnya tetap bagian dari kesamaan. Apa itu salah?
Karena hal yang saya uraikan diatas juga belum tentu memungkinan kita dalam membenarkan atau menjamin setiap suatu masalah akan terselesaikan dengan baik.
Artinya : "Buktilah yang menjelaskan fakta" bahwa itu tidak sepenuhnya benar.
Nah, yang saya lihat justru dari mereka-mereka yang banyak sekali kecurangan serta memanipulasi kejadian kejadian external agar terlihat benar, padahal itu kesalahan demi menguntungkan diri agar tercapainya sebuah keinginan.
Rasionalnya begini?
Jika saya diberi opsi. Maka saya akan melakukannya dengan cara kenyamanan kita sendiri, kemudian dengan keikhlasan kita sendiri, kemudian dengan kesadaran kita sendiri, dan kemudian dalam bentuk tanggung jawab kita sendiri "tanpa harus dipaksakan"
Agar proses, cara atau planning yang kita bangun ini, membuahkan satu kenyamanan dan tujuan serta HASIL yang tidak hanya (cukup) tapi sangat baik untuk kita nikmati bersama.
Timbul lagi pertanyaan? Jika itu tidak terwujud. bagaimana?
Segala sesuatu itu harusnya kita terlebih dahulu mengakui bahwa adanya system phunisment yang terdapat dalam kebijakan yang telah di tetapkan.
Kesimpulannya cara (strategi) boleh berbeda, tapi hasil tetap sama.
Mohzamzamiyusuf