Review Buku Acehnologi BAB 4 - Memahami dunia insan kamil

Sebuah Pengalaman Untuk Aceh. Bab ini merupakan kajian tentang makro-kosmos dan mikro-kosmos orang Aceh. Dalam bab ini, Kamaruzzaman juga belum menemukan kekhasan kosmologis orang Aceh kecuali bahwa dia menemukan kesamaan-kesamaan kosmologi di Aceh maupun yang berkembang di Asia Kecil, Asia Tengah dan Timur Tengah sebagai apa yang disebut dengan makro-kosmos (alam kabir) dan mikro-kosmos (alam saghir).

Di dalam hal ini, alam memiliki dua yaitu makro kosmos yang disebut dengan istilah alam al-kabir. Didalam alam ini dikaitkan dengan Arsy ALLAH . dari Arsy ini turun menjadi dua alam lagi yaitu alam perintah (alam al-amr) dan alam kejadian (alam al-khalq) dari alam al-amr ada dua yaitu hakikat dan refleksi kebeneran yang dikenal kata shadow (bayangan). Baru kemudian dari hakikat ini adalah dua hal yang diperlajari yaitu sifat dan zat allah. adapun alam kedua dikenal dengan istilah mikro kosmos, yang disebut juga dengan alam al-saghir ini berada di dalam hati (qalb). Karena itu ada yang mengatakan bahwa kita bicara mengenai hati alam al-saghir.

Di Aceh salah satu paling dilarang untuk didiskusikan untuk dipraktekkan adalah persoalan pemikiran tasawuf, khususnya yang berkaitan dengan wahdat al-wujud ittihat, dan hulul. Inti dari pemikiran ini adanya penyatuan antara hamba dan khalik melalui ucapan- ucapan yang dikenal dengan syathiyyat. Bahkan berberapa ulama sangat mengecam ajaran mana pun yang ingin memperkenalkan model tasawuf seperti ini .karena itu, ketika ada kelompok yang ingin menekuni hal ini sering di anggap telah menempuh jalan yang cukup sesat.

Dapat dilihat dari penjelasan di atas, kajian pada studi Acehnologi yang dipahami sebagai tradisi keilmuan, melainkan masih sebatas pada tradisi teologis. Maksudnya, ukuran pengalaman spiritual seseorang masih dikawal oleh persoalan aqidah yang dapat diterima secara umum, minimal oleh pegawal syariah. Sehingga amat wajar, dalam hal ini kejadian tersebut masih perlu dikajikan secara komprehensif, supaya kita bisa memaknai tingkatan keberagamaan kita kepada allah.