Dalam ingatan ku masih melekat dan tersimpan dengan baik dalam memori ku peristiwa yang sangat menyakitkan itu. Kelvin adalah sahabat yang paling ku sayang. Aku mengenal keluarganya dengan baik. Begitu pun dengan Kelvin yang sangat dekat dengan keluargaku. Aku dan Kelvin duduk di kelas 2 tsanawiyah, namun rumahku dan rumah Kelvin sedikit berjauhan. Akan tetapi, sekolah kami tepat disamping rumah sahabatku Kelvin, jadi, hampir setiap hari aku mampir kerumah Kelvin dan bertemu dengan keluarganya. Sejauh yang aku tau mengenai orangtua Kelvin, ayah Kelvin adalah seorang pengusaha besar dan orang yang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Akan tetapi, beliau tidak pernah lupa dengan waktu untuk keluarga, beliau mengatur waktu dengan sangat baik untuk bisa bersama-sama dengan keluarga beliau, terutama dengan Kelvin, anakl aki-laki satu-satunya dalam keluarga.
Ayahnya sangat dekat dengan anak yang satu ini,selalu menegur dengan lembut ketika Kelvin berbuat salah dan meluruskan ketika Kelvin keliru dean juga selalu memperhatikan pribadi dan prestasi anak-anaknya. Begitu juga dengan ibu Kelvin, beliau adalah seorang ibu rumah tangga, walaupun suaminya seorang pengusaha kaya, tetapi beliau tidak pernah memanfaatkan kekayaan suaminya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, ibunya tidak pernah shopping berlebihan, beliau membelanjakan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya saja.Kelvin begitu lengket dengan kedua orangtua nya dan kedua adik perempuannya yang sangat imut dan gemesin. Walaupun Kelvin sering menggangggu dan membuat mereka menangis, itu adalah bentuk kasih sayang Kelvin kepada adik-adiknya. Dia tidak pernah menyakiti mereka.
Orang tua Kelvin menganggapku bagian dari keluarga mereka. Aku dan Kelvin bersahabat dari kecil, akan tetapi kami terlihat seperti saudara kandung dikarenakan kami memiliki sedikit kemiripan dari fisik dan sifat. Dua hari sebelum peristiwa itu terjadi Kelvin mengundangku untuk pulang kerumahnya dan pastinya orang tuaku mengizinkan hal itu. Sabtu dan minggu adalah hari berkumpulnya keluarga Kelvin. Jum’at sore ayahnya dan Kelvin menjemputku kerumah dan meminta izin pada orang tuaku. Kami makan malam bersama dan shalat berjamaah bersama- sama. Ayah Kelvin membuka pembicaraan ketika aku bersama Kelvin lagi asyik mengganggu kedua adiknya.
“Fathir…Kelvin….sinisayang, janganlah ganggu adek setiap hari….” Ujar ayahnya.
“ayah, mereka itu gemesin kali…Jadi Kelvin gemes…” Jawabnya.
Ayahnya hanya tersenyum melihat tingkah laku anak laki-lakinya yang sedikit manja. Beliau mengajak kami keluar kehalaman rumah dan duduk di atas kursi taman dan ditemani oleh cahaya bulan yang indah.
“Vin, ayah sangat menyayangi Kelvin, tetapi Kelvin adalah satu-satunya anak laki-laki ayah, jadi Kelvinlah yang nantinya akan mewarisi warisan ayah dan Kelvin yang akan menggantikan posisi ayah. Kelvin yang akan menjadi pemimpin dalam keluarga ini.”
“Ayah kenapa bicara seperti ini, ayah mau pergi ninggalin kami ya? Kelvin nggak mau jauh dari ayah…” Ujarnya sedih.
“Kelvin sayang, ayah tidak akan pernah meninggalkan keluarga ayah. Ayah tidak akan pernah meninggalkan anak-anak ayah, kita tidak tau nak apa yang akan terjadi kedepan nanti. Ayah Cuma bisa berharap Kelvin bisa menjadi laki-laki yang dewasa, bertanggungjawab dan laki-laki setia anakku.”
Suasana yang begitu hening, membuat perasaanku terharu dengan nasehat- nasehat dan harapan ayah Kelvin. Aku sedikit terkejut ketika ayahnya mengelus rambutku dan tersenyum.
“Fathir, om tau kalian memang seumuran, tapi sejauh yang om kenal, Fathir laki-laki yang dewasa. Teruslah bersama-sama dengan Kelvin dan salinglah melindungi, om yakin ketika Kelvin jatuh, Fathirlah yang mampu membangkitkannya, Fathir mau janji sama om kalau Fathir akan selalu berada disisi Kelvin?”
“Om, Fathir sangat menyayangi Kelvin. Buat Fathir, Kelvin bukanlah hanya sekedar sahabat, tetapi Kelvin lebih dari sahabat, buat Fathir Kelvin adalah saudara yang harus Fathir lindungi, jadi tidakmungkinFathirpergimeninggalkan Kelvin, kecualitakdir yang memisahkan kami.” UjarFathir.
“Kelvin beruntung bias memiliki sahabat seperti kamu Fathir…”Ucap ayah Kelvin.
Ayahnya memeluk kami berdua dan kami saling berpelukan. Hawa dingin menusuk tulang-tulang kami. Akhirnya kami masuk ke dalam rumah. Jam pun menunjukkan pukul sebelas. Kami langsung masuk kamar.
“Fat, aku heran dech, kenapa ayah bias berbicara seperti itu, kayaknya ayah nggak pernah berbicara seperti itu sebelum-sebelumnya.”Ujar Kelvin heran.
“Kenapa heran Vin, itu harapan seorang ayah untuk anaknya, jadi wajar kalau ayah kamu berbicara seperti itu, sudahlah tugas kita hanya mendengar dan mematuhi nasehat mereka. Ayo kita tidur!” Serunya.
Sebenarnya, aku juga sedikit merasa tidak enak dengan perasaanku ketika mendengar ayahnya berbicara seakan-akan mau berpergian jauh, tapi ku tepiskan semua perasaan aneh itu dan akhirnya kami tertidur dengan perasaan yang sibuk masing-masing.
Kring…kring…kring…
Suara alarm membangunkan kami untuk menunaikan shalat subuh, kami shalat berjamaah bersama-sama. Setelah itu ayah Kelvin mengajak kami untuk membaca Al- Qur’an, katanya membaca al-qur’an dipagi hari dapat merangsang kecerdasan otak, lalu ibunya menyiapkan sarapan buat kami semua.
Sehari sebelum kejadian.
Hari sabtu, aku bersama Kelvin bersekolah seperti biasa dan ketika pulang, aku tidak lagi mampir ke rumah Kelvin, soalnya aku dijemput orang tuaku karena aku harus mengunjungi nenek. Kami menempuh waktu 3 jam untuk sampai kerumah nenek. Aku bersama-sama dengan sepupuku disana. Kami bermain dan menonton di kamarnya sampai akhirnya kami tertidur. Jarum jam menunjukkan pukul 4, aku merasakan sedikit goncangan. Aku terbangun sekejap. Perasaanku sudah mulai tidak nyaman, aku tidak bisa menutup mata lagi. Tiba-tiba goncangan yang begitu keras membangunkan seluruh isi rumahku. Keluargaku berhasil keluar sebelum bangunan rumah kami roboh.
Bersambung
Tulisan ini sumbangan : Cut silvia inzariani, Meureudu
Untuk project Sosial
Wahh.... Cerita yg menyentuh, lanjutkan perjuangan..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit