Aku lah penentunya

in indonesia •  7 years ago  (edited)

Dulu saat orang- orang memiliki sesuatu, tidak pernah ku lihat begitu banyak rasa iri baik tersirat atau tersurat terhadap orang lain. Tidak ada fikiran bercabang kekiri yang bertanya, “ kok bisa ya dia punya ini dan itu?bagus- bagus dan mahal pula! memangnya kerjanya apa?” atau serupa bunyi-bunyian yang dengan enaknya mengucapkan, “ah paling hasil jadi simpanan pejabat!” atau “ah paling juga hasil korupsi!, judi online!” dan sejenisnya. Dulu yang lebih banyak terdengar adalah ucapan “alhamdulillah, senang ya kamu udah bisa dapat yang dicita- citakan. Mudah- mudahan saya segera menyusul”

Beberapa peristiwa besar yang menjadi sejarah negeri kita ternyata menciptakan pola pikir dan kesimpulan instant terhadap orang tertentu dengan keberhasilan yang mereka punya. Hanya karena satu kerajaan besar terbukti memiliki sanak, teman, dan pengikut dengan aib telah mengelabui dan mencuri hak orang lain untuk kepentingan pribadinya, lantas dengan begitu mudah kita menyimpulkan bahwa beberapa kejadian adalah serupa. Diperparah dengan adanya kepercayaan melekat bahwa apa yang berasal dari lumpur maka akan menghasilkan lumpur juga, dan sampah hanya akan tetap menjadi sampah juga. Mungkin lupa atau tidak tahu, bahwa sampah dan lumpur yang masuk kedalam cangkang sebuah kerang bisa menjadi mutiara berharga bahkan dengan bentuk sempurna dan kilauan luar biasa. Padahal hanya kerang yang tau cara dan bisa mengubah sampah tadi menjadi benda berharga.

Dulu buyut- buyut kami adalah pemilik emas dan perak yang banyak, terbiasa dengan emas sehingga menghilangkan kemegahan dari keduanya. Entahlah atau mungkin karena tidak dibentuk dan dipatri dengan baik sehingga tak begitu mengikat hatinya? Lalu datanglah para pembawa pecah belah dengan desain menarik dan langka; menjualnya kepada nenek- nenek kami. Tanpa uang maka yang dilakukan adalah menukarnya dengan emas dan perak yang mereka punya. Tanpa sadar bahwa apa yang mereka ambil tak berharga dibandingkan dengan yang mereka punya. Kemudian jaman berubah, memperlihatkan kenyataannya. Yang paham dan tak melakukan perniagaan yang merugi akan tetap tegak diposisinya. Tak termanipulasi dengan arus fenomena.

Antara pengalaman kerang dan nenek- nenek buyut ku. Jelas sekali menunjukkan bagaimana kita memandang dan berfikir tentang sesuatu sangat menentukan kemana arah kita bertindak dan bersikap. Seperti orang yang terus melihat ke kiri maka dia akan mudah tersesat saat harus menempuh jalan kembali. Jelas karena kirinya saat pulang adalah kanannya saat pergi. Orang yang selalu menilai buruk terhadap sesuatu akan lebih mudah memandang hina, mengacuhkan, dan mengabaikannya. Lupa bahwa dalam kebaikan, selalu ada kejelekan yang kemampuan merusaknya harus diwaspadai. Dan dalam setiap keburukan, Tuhan selipkan kebaikan yang manfaatnya harus digali.

Sekarang tinggal aku dan arah fikiranku mencari dan menyaring nyata. untuk tetap waspada pada kebaikan dan keburukan bayangan maya terbalik. Lambat memang, tapi yang pasti akulah penentunya.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!