Memotret Juga Perlu Etika

in indonesia •  6 years ago 

Memotret bukan lagi kegiatan mewah di jaman ini setelah beragam kamera bisa diakses dengan mudah. Bahkan banyak smartphone pun sudah dilengkapi dengan fitur ini, semata-mata untuk menghargai bahwa setiap momen dalam hidup kita adalah sesuatu yang penting dan berharga, hingga semua momen itu rasanya pantas untuk diabadikannya, dan akan datang waktu untuk dikenang.

Soal pentingnya membingkai gambar pun pernah keluar dari mulut Chaidir Mahyuddin yang banyak orang kenal dengan nama Abu Chaidir, itu sewaktu ia beri pelajaran pada Tadarus Fotografi di markas Aceh Documentary di Banda Aceh pada ramadhan lalu, aku mengingat lagi saat aku menulis ini. Kupikir bolehlah kupakai sebagai referensi.

Di luar celoteh Chaidir, ada lagi manfaat jika kita suka membingkai atau merekam gambar, setidaknya dalam hidup keseharian kita sendiri. Paling seringnya, selalu saja setiap hari ada gambar yang masuk dalam grup medsos yang saya ikuti, mulai dari gambar sedih, senang, lucu, hingga gambar memuakkan. Sebagai seorang pecinta fotografi, semua patut kuhargai.

Nah, di zaman edan ini juga perlu sedikit waspada, karena banyak hasil jepretan disalahgunakan untuk kepentingan yang sebenarnya tidak penting, malah ada tujuannya hanya untuk mengolok-olok pribadi orang lain. Ini kerja jangan dipikir, apalagi ditiru, dan lalu dikerjakan. Ini bahaya, bisa-bisa akan berakhir di meja hakim.

Balik ke Abu Chaidir, bijaknya setiap potret yang diambil juga harus mendapat izin dari objek, kecuali binatang, alam atau apapun yang tidak bisa bercakap. Tapi, kalau manusia, apalagi itu manusia ada 'khususnya' sebaiknya meminta izin adalah hal yang paling utama dilakukan. Kalau untuk kepentingan investigasi demi membongkar kejahatan, menurutku meminta izin adalah sesuatu yang boleh diabaikan.

Seperti pengalaman orang lain yang saya pernah lihat-lihat di media, gambar yang tidak pantas disebarkan biasanya banyak beredar ditahun-tahun politik. Tujuannya hanya untuk mengkampanyekan bahwa calon A tidak baik, calon B tidak pantas. Ini perlu dicatat, bahwa tindakan itu bukanlah tujuan dasar dari menjepret. Kalau media sering menyebut itu dengan “oknum”.

Ringkasnya, memotretlah apapun selama itu anda rasa perlu, dan perlunya selama tidak menggangu kehidupan orang lain. Karena masih banyak cara untuk membuat agar hasil jepretan anda bernilai dan bermakna untuk kehidupan anda dan orang lain. Jika ada yang baik, kenapa harus memilih yang jahat?.

@pieasant

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

memotret itu perlu etika. tapi yang paling penting punya kamera...

Hahaha...benar2

Nggak mesti punya kamera. Kadang cuma perlu punya HP yang ada kameranya, kadang juga bisa pinjam kamera kawan, atau pinjam HP berkamera milik kawan.