pada bab ini penulis megatakan bahwa didalam satu sesi perkuliahan pada tahun 2014 di kampus UIN Ar-Raniry, "saya sangat terkejut ketika ada salah satu mahasiswa yang bertanya tentang Sultan Iskandar Muda". Mahasiswa yang baru duduk di bangku kuliah tentu saja tidak sedang mengatakan bahwa kami sama sekali tidak mengetahui tentang sejarah aceh. Namun, hampir semua kalangan mahasiswa ketika di tanyak sejarah apa yang mereka pelajari di bangku sekolah, mereka serentak menjawab sejarah jerajaan-kerajaan di pulau jawa. Ada perasaan sedih ketika mendengar jawaban tersebut, yakni dalam 20-30 tahun terakhir, mereka hanya mempelajari sejarah nasional, yang sama sekali tidak pernah terjadi peristiwanya di aceh.
Kajian sejarah Aceh memang tidak termaksud di dalam kurikulum pendidikan sejarah di indonesia.maka dari itu literatur sejarah Aceh jarang sekali dikenali atau dipahami secara mendalam olah generasi muda Aceh. Dan lagi, literatul yang berhujud hikayat-hikatayat yang lahir ditanah Aceh. tidak ada satupun yang dijadikan sebagai rujukan di dalam tradisi pembelajaran sejarah di sekolah dan perguruan tinggi. Akibatnya, hikayat-hikayat tersebut menjadi "asing" bagi sebagai rakyat Aceh.
Penepatan sejarah Aceh di dalam ruang dan waktu, dimana peristiwa-peristiwa masa lalu posisi sejarah Aceh adalah sejarah kebudayaan Islam di Nusantara.dan ada juga yang mengaitkan sejarah aceh dengan sejarah Melayu. dalam konteks sejarah Indonesia, sejarah Aceh ditempatkan sebagai sejarah lokal. hubungan sejarah Aceh dengan sejarah kebudayaan Islam di Nusantara, mengantarkan hubungan aceh merupakan bagian dari perluasan Islam di Nusatara . sedangkan hubungan sejarah aceh sebagai sejarah melayu terkadang nemperbesar Identitas dan jati diri melayu. adapun hubungan sejarah Aceh dan sejarah Indonesia ibaratkan dua buah mata koin yaitu pada sary sisi kintribusi terhadap sejarah Nasional. dan sejarah kebudayaan Islam ,Aceh diletakan sebagai negara yang berdaulat dalam sistem kerajaan. sedangkan dalam sejarah melayu, Aceh disebut sebagai penjajah bagi Dunia Melayu, sementara terhadap Indibesia,Aceh dipandang sebagai daerah yang hendak memisahkan diri dari wilayah kesatuan Republik Indinesia.
Jika kita lihat dari karya-karya Aceh, enulisan Aceh cenderung menhubungkan kajian sejarah dengan kebudayaan dan peradapan. usaha ini menyiratkan bahwa ada upaya dari penulisan Aceh untuk memasukkan Aceh di dalam litasan sejarah peradapan Islam secara global.
Setelah fase generasi baru Aceh, yang benar -benar memahami tentang hakikat peradapan Aceh. maka studi Acehnologi, pada prinsipnya adalah untuk menyusun kembali pemahaman yang holostik dan komperensif mengenali Dunia Aceh. maka pemikir besar, ketika menata pemahaman masyarakat melalui pendalaman sejarah.
Untuk itu, Acehnologi perlu diajarkan kepada generasi Aceh, agar mereka dapat mengenali bagaimana narasi sejarah peradapan Aceh, sebagai upaya untuk memperkokoh jati diri dan Indetitas aceh yang mulai rapuh. penulisan sejarah peradapan Aceh untuk dipelajari oleh rakyat Aceh,mulai dari taman kenak hingga perguruan tinggi, meeupakan hal mutlak yang peelu dilakukan dalam kadar segera mungkin. maka perlu ditelah Cakrawala berpikir orang Aceh dalam persperktip kosmologi Aceh . hal ini disebabkan bahwa kemunculan kejayaan suatu bangsa, banyak memahami dari sistem kosmologi yang berada pada negeri tersebut.
Dapat diambil kesimpulan bahwa penulis bertujuan memperkenalkan secara keseluruhan tentang Aceh, terutama sejarahnya.