Tak ada manusia yang menyangka kalau hari itu Allah menunjukkan kekuasaan yang maha dahsyat. Saat itu umur saya masih 12 tahun, usia yang menurut saya masih terlalu belia untuk merasakan bencana sedahsyat tsunami. Tapi siapa yang bisa melawan takdir? Tidak ada! Allah adalah pengambil segala keputusan atas semua hamba-Nya. Dia adalah sebaik-baik pengambil keputusan.
Saya masih ingat, hari itu, sebelum gempa dengan kekuatan maha dahsyat mengguncang Aceh, saya dan beberapa teman sedang asyik menonton sinema anak yang memang diputar setiap hari minggu seperti Doraemon. Siapapun, bocah seusia kami saat itu pasti menyukai anime yang saya pikir sangat mendidik dibandingkan tontonan anak saat ini yang sangat hedonisme.
Ketika kami sedang asyik menonton kartun, bumi bergetar, berguncang kuat. Cukup kuat hingga membuat beberapa foto yang tertancap di dinding rumah jatuh berhamburan. Gempa belum usai tangisan kami, bocah yang rata-rata masih kelas 6 SD pecah membuat keadaan makin kalut.
Beberapa diantara kami menangis karena takut. Saya sendiri menangis karena takut, bingung dan cemas. Saat itu saya pikir itulah yang disebut "kiamat" yang sering dicerita oleh tgk-tgk (ustad) di balai pengajian. Dari luar mamak yang sedang menyapu halaman sekuatnya berlari masuk ke dalam rumah dengan panik dan cemas yang kelewat.
Di mulutnya yang bertuah itu selalu berucap, "Laailaahaillallah.. Laailaahaillallah.. pu bala nyoe ya Allah? (Laailaahaillallah... Laailaahaillallah.. Bencana apa ini ya Allah?).
"Teubit neuk.. Teubit mandum u luwa" (Keluar nak.. Semuanya keluar dari rumah). Sambil menggendong adik paling kecil mamak menyuruh kami keluar dan duduk di balee (semacam tempat duduk di halaman rumah).
Awalnya saya kira ini benar-benar kiamat, tapi mamak bilang itu bukan kiamat. Itu hanya teguran Allah karena kita lalai dan terus berbuat maksiat terhadap-Nya. Setelah gempa berhenti, hampir semua orang terlihat kebingungan bercampur panik. Barangkali, di pikiran mereka sama seperti saya, inilah hari kiamat.
Semua berhamburan keluar rumah dan duduk di jalan. Saat itu belum semua orang memiliki handphone, di kampung kami hanya Pak Keuchik (kepala desa) dan beberapa orang lain yang memilikinya. Semua berduyun-duyun minta tolong sama Pak Keuchik untuk menghubungi kerabat yang jauh dari rumah.
"Daerah Muara Batu (kecamatan kami) aman.. Gempa ka reuda.." (Daerah Muara Batu aman.. Gempa sudah berhenti..).
Saat itu Pak Keuchik berhasil menenangkan warga. Namun, beberapa saat kemudian semuanya berubah menjadi hari paling jahannam untuk seluruh rakyat Aceh.
Sesaat kemudian hp nya berbunyi. Pak Keuchik sedang berbicara dengan anaknya yang kuliah di Unsyiah, Banda Aceh. Di akhir telpon dia menangis dan berkata, "Beu leuheun neuk.. Meulindong ho yang ureung plung.." (Hati-hati nak... Berlindung dan ikuti kemana orang berlindung..) Hp nya mati. Sinyal hilang.
Di tengah warga yang panik melihatnya menangis di telponan, Pak Keuchik berkata, "Di Banda Aceh ie rayaa.. Ureung meuribee matee.."
(Di Banda Aceh air bah.. Ribuan orang meninggal dunia..). Sepersekian detik setelah mendengar kabar itu, tangis ibu-ibu pecah tak terbendung.
"Aneuk long di Banda.. Kiban nasib aneuk long ya Allah.." (Anakku di Banda.. Gimana nasib anakku ya Allah..). Seorang ibu menangis sejadinya karena khawatir nasib anaknya yang sedang di Banda, tempat air bah dengan bengis menghempas semua manusia.
Yang lain menguatkan. Menyuruh ibu tersebut mengucap, berzikir dan berdoa seraya berharap anaknya selamat. Belum reda panik yang pecah oleh tangis ibu tersebut, datang kabar yang lebih mengguncang.
"Pak... Pak.. Hana lee tanyoe.. I Krueng Manee ie raya ka ngop rumoh.. Ureung mate teu tik-tik bak jalan.." (Pak.. Pak.. Celaka kita.. Di Krueng Manee (daerah yang hanya berjarak beberapa kilometer dari kampung kami) air bah sudah menenggelamkan rumah.. Mayat berserakan di jalan..).
Mendengar berita itu semua warga panik yang kelewat. Semua anak-anak seusia kami sedari tadi menangis makin kuat menangis. Hari itu benar-benar seperti kiamat di kampung kami dan seluruh Aceh. Semua takut, semua panik dan menangis sekuatnya.
Tak lama kemudian Pak Keuchik menyuruh semua warga pergi mengungsi ke salah satu desa yang agak tinggi dan berada dekat dari kampung kami. Nama desanya Pinto Makmur. Atas aba-abanya semua warga mengungsi ke sana.
Sore hari, saat air bah dahsyat mulai surut, jutaan manusia meratap. Aceh berduka. Kekuasaan Allah yang sekejab itu merenggut ratusan ribu nyawa. Rumah-rumah hancur tak tersisa. Dunia berbelasungkawa dan merasakan duka Aceh yang baru saja dihantam salah satu bencana terdahsyat sepanjang sejarah umat manusia.
Tapi Allah selalu adil. Setelah bencana maha dahsyat bernama tsunami berakhir, damai dianugerahi untuk bumi Aceh, bumi Serambi Mekkah. GAM dan RI luluh hatinya dan meneken nota kesepakatan damai di Helsinki, negeri nun jauh di sana.
Dari kisah tsunami ini saya mulai sadar bahwa, Allah tidak pernah bimbang. Selalu imbang. Bukankah ini kebenaran firman-Nya yang berbunyi, "Setelah kesusahan ada kemudahan."??
Barangkali, Allah ingin menegaskan pada warga Aceh, kepada kita semua bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Kita bukanlah apa-apa di hadapan-Nya. Maka bertakwalah pada Allah, tuhan pemilik hidup dan mati. Semoga tsunami menjadi lumbung ibrah untuk kita semua agar tak lalai hidup di dunia ini. Semoga!
Regards,,
Bonjour à vous, encore comme d'habitude vous faîtes un superbe article et très passionnant je vous adore et vous admire beaucoup. Mais il juste un point où je suis déçu c'est que vous méritez 100 fois plus de popularité.
Encore merci de m'avoir lu et porte toi bien je suis impatient pour ton prochain article.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Luar biasa kisah nyoe Heimi. Please write this remarkable story with more details
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
My pleasure, Master ✍🙏
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
interesting post
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
@originalworks
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
The @OriginalWorks bot has determined this post by @samymubarraq to be original material and upvoted it!
To call @OriginalWorks, simply reply to any post with @originalworks or !originalworks in your message!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kejadian yang tak terlupakan....
Salam sukses @samymubarraq....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Benar @boyelleq.. Barangkali hari itu adalah hari minggu yang tak mungkin kita lupa..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
musibah terbesar sepanjang sejarah...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Benar guru.. Takkan terlupakan..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
It's nice writing Bang @samymubarraq
Told me about TSunami's history.Hoped Allah stayed with us together. Amiiinnn
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you @ettydiallova.. I hope so.. May Allah blessed us...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Super sekali @sammymubarraq :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih bang @dilimunanzar ;)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama-sama @samymubarraq :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit