Gambar: Media Indonesia
Pemilihan Umum 2024 akan digelar kurang dari 3 tahun lagi, namun semarak perebutan kekuasaan sudah mulai ramai. Partai-partai politik mulai memanaskan mesin, para kandidat calon presiden mulai tebar pesona dan bermanuver, dan lembaga-lembaga survei mulai menjaring opini publik.
Wajar saja, sebab 2024 adalah tahun pergantian kekuasaan. Presiden Joko Widodo sebagai petahana tidak lagi dapat maju dalam pemilihan, sehingga kontestasi dapat dipastikan akan berlangsung sengit.
Berbagai nama sudah muncul ke permukaan sebagai kandidat calon presiden, namun yang paling populer adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil. Putera dan puteri mahkota seperti Agus Harimurti Yudhoyono dan Puan Maharani terlempar dari persaingan. Juga elit-elit partai politik seperti Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar. Hanya Prabowo Subianto elit partai politik yang menjadi kandidat kuat calon presiden.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei mereka pada 7 Oktober 2021 tentang hubungan suara pemilih dengan partai politik dan calon presidennya. Hal ini menjadi penting karena dalam Pemilihan Umum 2024 pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif akan dilakukan berbarengan. Sehingga sedikit banyak suara pemilih partai yang akan terpengaruh oleh calon presiden yang diusung partai tersebut.
Hasilnya, 35% responden akan memilih partai politik yang mereka sukai walau tidak mengusung calon presiden pilihan mereka. Sedangkan 49% responden tidak akan memilih partai politik yang mereka sukai jika tidak mengusung calon presiden pilihan mereka.
Jadi, pilihan calon presiden yang diusung oleh partai politik akan sangat memengaruhi preferensi pemilih. Tentu hal ini membuat partai politik menjadi berhati-hati dan berusaha menyodorkan calon presiden yang terbaik bagi pemilih.