Medan, (Analisa). Saya pernah mengirim cerpen ke rubrik TRP harian Analisa, tapi tak dimuat. Kira-kira apa ya pak penyebabnya?
Pertanyaaan itu muncul dalam kegiatan Pelatihan Menulis Cerita Pendek yang diselenggarakan Majalah Simpul Siswa di Ruang Musik Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Sabtu (7/4). Simpul Siewa adalah majalah tiga bulanan yang dikelola siswa dari lintas unit (SMP, SMA dan SMK) di Perguruan Sultan Iskandar Muda. Dalam kegiatan tersebut bertindak sebagai narasumber Suyadi San, penulis cerita pendek, penyair dan staf Balai Bahasa Sumut. Pelatihan diikuti 10 siswa dari unit SMA dan SMK.
“Ada banyak penyebab kenapa cerpen yang kita kirim ke surat kabar tidak dimuat. Bisa karena temanya tak cocok, bisa juga karena teknik penceritaan yang tidak menarik. Bisa juga karena masalah tata bahasa yang membuat redaktur malas mengedit karena banyaknya kesalahan tanda baca,” ujar Suyadi San.
Tema sebuah tulisan, baik untuk tulisan fiksi seperti cerpen atau puisi dan non fiksi seperti berita atau features, bersumber dari fakta sosiologis dan psikologis. Fakta sosiologis didapat penulis dari kehidupan sehari-hari yang dilihat seorang penulis. Pendiri Teater Generasi Medan itu memberi contoh saat ia SLTA. Tiap pagi dari rumahnya ia naik bemo dan turun di Pajak Sambu. Dari situ ia lalu berjalan kaki menuju sekolahnya.
Fakta sosiologis dan psikologis
Saat lewat pajak Sambu ia melihat banyak hal. Ada anak kecil yang mengemis, ada ibu-ibu yang menggendong barang jalan, ada tukang parkir yang marah-marah dan sebagainya. Semua kejadian itu adalah fakta sosial yang bisa diolah untuk bahan tulisan. Tinggal bagaimana fakta-fakta sosial itu diorganisir dalam sebuah tema yang menarik.
Fakta juga bisa berupa data sekunder. Sekalipun penulis fiksi, data tetap dibutuhkan. Ia memberi contoh saat mencipta puisi bertema tsunami. Untuk tahu jumlah korban tewas atau meunasah yang hancur ia haru mencari data sekunder dari surat kabar. Data juga dapat diperoleh dari hasil wawancara. Tak semua tema sebuah tulisan hasil eksekusi dari data-data sosiologis.
“Tapi tema tulisan juga bisa berasal dari fakta psikologis. Semisal si penulis tengah menaksir teman sebangkunya. Lalu lahirlah puisi atau cerpen,”katanya. Namun dosen Sastra Indonesia FKIP UMSU itu berharap sebaiknya seorang penulis tak hanya berkutat menulis masalah pergulatan psikologis diri penulis.
Alasannya karena tulisan tersebut diterbitkan di media massa. Dibaca banyak orang. Sebuah tulisan sebaiknya bisa mengedukasi pembaca. Karena saat menulis untuk surat kabar, soal tema tulisan penting untuk diperhatikan. Teknik penulisan juga harus diperhatikan seorang penulis. Sebuah tulisan bisa bisa disampaikan secara kronologis atau flashback.
Soal tata bahasa penulisan juga harus diperhatikan penulis. Hal sederhana seperti pemakaian tanda baca harus diperhatikan. Ia memberi contoh penulisan kalimat aku mau kesana. Jika dijadikan kalimat aktif, maka yang benar menjadi seperti ini: “Aku, mau ke sana,” katanya. Ke sebagai imbuhan karena diikuti kata keterangan sana maka harus dipisah.
“Ini sepertinya sepele tapi sangat penting bagi redaktur surat kabar yang menjaga kaidah tata bahasa yang benar di surat kabarnya,” katanya.
Jangan kapok
Tentang naskah yang ditolak, penulis sejumlah buku sastra itu meminta agar hal itu tidak membuat penulis pemula kapok. Satu, dua kali ditolak hal biasa. Bahkan puluhan kali juga masih wajar mengingat ruang budaya di koran terbatas, luas ruang maupun frekuensi terbitnya, sementara jumlah penulis yang mengirim karya mereka banyak. Ia sendiri saat masih pemula pernah beberapi kali cerpennya tak dimuat di Analisa. Ia hampir putus asa. Sempat ‘ngambek’ tak mau baca surat kabar itu.
“Ehh saat itulah untuk pertama kali, cerpen saya dimuat, saya tahu justru setelah diiberitahu teman saya,” tuturnya. Sejak cerpennya dimuat, maka jalan bagi cerpen-cerpennya yang lain untuk dimuat di Analisa pun makin terbuka lebar.
“Karena itu jangan kapok kalau naskah kita ditolak, kirim lagi, Tapi perlu juga konsultasi dengan guru Bahasa Indonesia. Diskusikan apa kira-kira kelemahan tulisan kita,” sarannya. (ja)
Analisa, Senin (9/4/18)
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://harian.analisadaily.com/kota/news/fakta-bisa-didapat-dari-kehidupan-sosial/535701/2018/04/09
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit