TREE STOREFRONT (ETALASE POHON) BILINGUAL

in indonesia •  6 years ago 

TREE STOREFRONT (ETALASE POHON)

gantungan baju pohon (3).jpgWhat comes to your mind when looking at this photo? Creative or being too much?
This photo is an 'seasonal shop' that often exist before the Eid (Islamic Festivity). Many public displays merchandise spread during the fasting month and little after Ramadan. Indonesian are good at taking opportunity and turn it iinto bussiness. People take advantage of the moment of a historic day that is often celebrated royally throughout the country. One example that we can see is the proliferation of seasonal shops and markets located in public places.
One of the most common forms of merchandise is clothing. Towards Eid, many emerging clothing merchants showcase their merchandise on the edge of the road or the seasonal market. Majority of people target their market to the people who want to celebrate The Eid and in need of new clothes. In hawking their clothes, traders often come up with creative ideas so that their merchandises grab attention. One unique example can be seen in the picture beside. In order to attract the attention of its consumers, this merchant display goods merchandise on the tree. He displayed clothes on a high tree and served like 'baliho display' but in a more realistic version.
From one side, this is a merchant's creativity. They are able to take advantage of the environment for the good of their business. They are also intelligently able to utilize nature and use it at a very low cost, or even free. This method was good enough to attract people because they managed to highlight something different, although it does not necessarily guarantee sale. But at least this is worthy of credit because they are able to take advantage of nature and the environment for a positive thing. However, on the other hand, this approach also negatively impacts the layout and cleanliness of the city.
The use of trees as a means of displaying merchandise certainly is not in accordance with the city layout. Trees were planted as air cleaner, decorative, and color-giver of the city and certainly not for the means of displaying clothes. The use of trees as a means of hanging merchandise makes trees look unlike trees. He looks dirty, weird and dull.
However, despite all these, pre-Eid indeed offers this phenomenon. People seek new business opportunities by utilizing the moment of Eid celebration. People's buying interest as well as their needs tends to increase dramatically resulting in new business opportunities. The public will shop for the needs of fasting and celebration of Eid, an absolute thing in this Country. This large market share also encourages big deals as well. People in droves offer something to buy in order to spin the wheels of the economy.
The question may be, is this reasonable and worth keeping? Although the use of trees as a means of display makes the city seem a little strange and dull, it is not necessarily as well as regrettable. On the other hand, high consideration of temporary, not long, should be taken in mind. The community will only use this tree for 1 month, plus a few days during Eid. On the other hand, this use is able to encourage economic turnaround, for buyers and especially sellers. Roadside merchandise is often assumed to be cheaper when compared to similar items sold in stores. This is because the store operating costs are much greater when compared with those who do not. This gives more benefit to buyers with a limited budget. Seasonal merchants are also often more flexible in terms of price making it more attractive to some buyers. As a result, there is an economic movement. People get what they need and this is what matters most. So, even the city will look not tidy for a moment, but as long as the economy going, all this can be acceptable.

ETALASE POHON (TREE STOREFRONT)

gantungan baju pohon (3).jpg
Apa yang Anda fikirkan ketika melihat foto diatas? Maksa, nyeleneh atau malah kreatif?
Foto ini adalah ‘toko dadakan’ yang sering mencul menjelang lebaran. Banyak pajangan dagangan masyarakat menyebar ketika bulan puasa dan menjelang Ramadhan. Masyarakat memanfaatkan momen akan datangnya hari bersejarah yang sering dirayakan secara meriah di seluruh penjuru negeri. Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah menjamurnya usaha masyarakat di tempat-tempat yang banyak dilihat atau lalui orang banyak.
Salah satu bentuk dagangan yang sering muncul adalah pakaian. Menjelang lebaran, banyak bermunculan pedagang pakaian yang menjajakan barang dagangan mereka di tepi jalan atau pasar kaget. Rata-rata target pasar mereka adalah masyarakat yang hendak marayakan lebaran dan membutuhkan baju baru. Dalam menjajakan pakaian mereka, pedagang sering tampil dengan ide-ide kreatif agar barang yang mereka jual dapat mencuri perhatian dan laku. Salah satu contoh yang cukup unik adalah seperti terlihat pada gambar disamping. Guna menarik perhatian konsumennya, pedagang ini memajang barang dagangannya diatas pohon. Ia memajang baju yang akan dijual diatas pohon yang cukup tinggi seperti ‘pajangan baliho’ namun dalam versi yang lebih nyata.
Dari satu sisi, ini merupakan kreatifitas pedagang. Mereka mampu memanfaatkan lingkungan demi kebaikan usaha mereka. Mereka juga dengan cerdasnya mampu memanfaatkan alam dan menggunakannya dengan biaya yang sangat murah, atau malah gratis. Cara ini cukup menarik perhatian orang-orang karena mereka berhasil menonjolkan sesuatu yang berbeda, walaupun belum tentu menjamin penjualan. Namun setidaknya hal ini pantas diberikan kredit karena mereka mampu memanfaatkan alam dan lingkungan demi hal yang positif. Namun, disisi yang lain, pendekatan ini juga berdampak negative pada tata letak dan kebersihan kota.
Penggunaan pohon sebagai sarana pajangan barang dagangan tentunya tidak sesuai dengan tata letak kota yang baik. Pohon seharusnya sebagai dekorasi, penyejuk,dan pemberi warna kota dan tentunya bukan untuk sarana pajangan baju. Penggunaan pohon sebagai alat menggantung barang dagangan membuat pohon kelihatan tidak seperti pohon. Ia kelihatan kotor, aneh dan kusam.
Namun, dibalik itu semua, pra-lebaran memang menawarkan fenemona seperti ini. Orang-orang berlomba-lomba mencari peluang usaha baru dengan memanfaatkan momen perayaan idul fitri. Minat beli masyarakat serta kebutuhan mereka cendrung meningkat drastis sehingga membuka peluang usaha baru. Masyarakat akan berbelanja demi kebutuhan berpuasa dan perayaan lebaran, suatu hal yang mutlak di Negara ini. Pangsa pasar yang besar ini turut mendorong penawaran yang besar pula. Masyarakat berbondong –bondong menawarkan sesuatu yang dapat dibeli guna memutar roda ekonomi.
Pertanyaannya mungkin, apakah ini wajar dan layak dipertahankan? Walaupun penggunaan pohon sebagai sarana pajangan membuat kota kelihatan sedikit aneh dan kusam, hal ini tidaklah perlu terlalu disesali. Disamping hanya digunakan secara temporer (sementara), masa penggunaannya juga tidaklah lama. Masyarakat hanya akan menggunakan pohon ini selama 1 bulan, plus beberapa hari selama lebaran. Disisi lain, penggunaan ini mampu mendorong perputaran ekonomi, bagi pembeli dan khususnya penjual. Barang dagangan tepi jalan sering diasumsikan lebih murah bila dibandingkan dengan barang serupa yang dijual di toko. Hal ini dikarenakan biaya operasional toko jauh lebih besar bila dibandingkan dengan yang tidak menjual di toko. Hal ini memberi manfaat lebih pada pembeli dengan budget belanja terbatas. Pedagang kaget juga sering lebih fleksibel dalam hal harga sehingga lebih menarik sebagian pembeli. Akibatnya, terjadi pergerakakn ekonomi. Masyarakat mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inilah yang paling penting. Jadi, tidak masalah kota kelihatan tidak rapi sesaat, asalkan dapur sebagian masyarakat tetap mengepul.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!