[Narasi Foto #2]: Masjid Baitul A'la Lil Mujahidin

Masjid Baitul A'la Lil Mujahidin

Tuan dan Puan Steemians...

Pada 2017 lalu, sepulang dari kediaman Zakaria Saman di Keumala, saya menyempatkan diri untuk singgah di Masjid Baitul A'la Lil Mujahidin. Masjid ini terletak di Kota Beureunun Pidie.

Sebenarnya, setiap menuju ke Banda Aceh, saya sering singgah di sini, tapi hanya untuk shalat dan kemudian langsung melanjutkan perjalanan tanpa berlama-lama.

Karena belum pernah berlama-lama di sana, maka sepulang dari Keumala, saya mencoba berlama-lama di masjid ini. Saya berkeliling dan melihat-lihat masjid dari berbagai sudut, luar dan dalam. Saat itu, saya ditemani Azmi Abubakar, pemilik Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.

@tinmiswary/ 2017

Pembangunan masjid paling megah di Kota Beureunun ini digagas oleh Teungku Muhammad Dawud Beureueh, seorang ulama besar Aceh yang pernah memimpin Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) pada era 1939 sampai meledaknya pemberontakan Darul Islam pada 1953. Di masa revolusi, beliau juga sempat menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo.

Kuburan Teungku Muhammad Dawud Beureueh

Penamaan masjid ini juga terbilang unik dan berbeda dengan masjid-masjid lain yang biasa dinamai dengan Baiturrahman, Baiturrahim, Al-Izzah atau Al-Ikhlas. Masjid yang berdiri megah di Kota Beureuenun ini diberi nama Baitul A'la Lil Mujahidin yang bermakna rumah paling tinggi bagi para pejuang. Nama ini juga diusulkan oleh Teungku Muhammad Dawud Beureueh.

Teungku Muhammad Dawud Beureueh sendiri banyak menghabiskan hari-hari tuanya di masjid ini, setelah beliau dipulangkan dari Jakarta. Sebelumnya, beliau diangkut paksa ke Jakarta oleh Rezim Orde Baru.

Gerbang

Masjid Baitul A'la Lil Mujahidin ini dibangun secara gotong-royong bersama masyarakat. Pendanaan pembangunan juga berasal dari sumbangan masyarakat. Pada saat meninggal, Teungku Muhammad Dawud Beureueh juga dimakamkan di masjid ini sesuai wasiatnya.

Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali...