Sabtu lalu, 18 November 2016, sejumlah puisi saya dimuat di Harian Indopos. Beberapa di antaranya adalah puisi kopi yang juga dikirim untuk antologi puisi kopi "1.550 MDPL" yang akan diluncurkan dalam acara Pesta Puisi Kopi Dunia di Takengon, Aceh Tengah, 25-27 November 2016. Berikut dua di antara puisi tentang kopi itu. (html comment removed: more)
Willy Ana
PAHIT
Pahitnya kopi menyuguhkan danau,
Sepotong bulan dan senja keemasan
Melumatkan mimpi-mimpi buruk dan
Hari sibuk berdecak pada setiap keajaiban
Kita menyemai benih-benih
Pohon-pohon pada tiap letupan
Menyeduh kopi di sebuah senja
Melukiskan gumpalan-gumpalan awan
Bersama sisah-sisah ampas
yang membentuk perdu-perdu pagi
Dalam ruang-ruang senyap yang pekat
Menghirup secangkir kopi
Membahasakan cinta pada setiap peluh
Membanjiri tubuh dan melepuh
Depok,12 September 2016
Willy Ana
KOPI PAGI
Di antara tembok tiga warna
Putih, abu-abu, dan merah
Serta TV yang semakin dingin
Kita menenggak segelas kopi
Malam pun semakin panjang
Membuai desir-desir angin
Melepas kulitnya yang tembaga
Satu demi satu
Kita terus menghirup bercangkir-
cangkir kopi
Sampai malam menghitam dan diam
Sampai kita mabuk dan kasmaran
Sampai pada tegukan terakhir
Kita benar-benar menjelma penari
Melompat-menari di dalam gelas
Hingga pagi itu pun pecah
Depok, 16 Oktober 2016
mantap
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
mantap
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Keren banget 👍
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit