Aku sangat bersyukur bahwa suamiku adalah partner terbaikku. Sebelum menikah dengannya, kami hanya sebatas teman. Tepatnya teman komunitas.
Banyaknya kegiatan komunitas membuat kami sering ketemu. Namun, di antara teman-teman komunitas lainya, dialah yang selalu ada ketika aku membutuhkan sesuatu. Aku pun mulai akrab dengannya. Bersamanya, aku bisa menjadi diri sendiri, tak perlu bersembunyi dari tingkah aneh atau kelakuan burukku yang tidak ingin diketahui orang lain. Aku bisa berekspresi dan melakukan apa pun semauku di depannya.
Aku tidak segan ketika ingin ketawa terbahak-bahak, ngupil, atau pun kentut di depannya. Dia pun demikian, walau kadang aku sangat marah kalau dia yang kentut di depanku. Namun, ketika aku yang kentut dia malah menikmatinya yang kadang membuatku nggak habis pikir dengan sikapnya.
Lama-kelamaan aku menjadi nyaman bersamanya, hingga status kami meningkat menjadi sahabat. Dia selalu ada di dekatku, baik saat suka maupun duka. Setiap kali aku mempunyai masalah dia hadir menjadi penenangku. Aku semakin tergantung dengannya dan selalu ingin didekatnya.
Aku menemukan perfect partner yang membuatku berani melangkah hidup bersamanya. Tanggal 21 Februari 2019, akhirnya kami menikah mengikrarkan diri menjadi suami istri. Bagiku dia pasangan terbaikku karena hidup bersamanya membuatku bahagia.