Nilai Sebuah Keberagaman

in indonesia •  7 years ago  (edited)

Seperti yang telah kita lihat bersama, awan hitam politik identitas terus menyelimuti Indonesia di penghujung tahun 2016 hingga awal 2018 ini. Kondisi ini bermula dari situasi politik pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada penghujung tahun 2016.

WhatsApp Image 2018-01-15 at 8.40.12 PM.jpeg

Tingginya benturan simbol-simbol identitas yang diciptakan oleh elite politik di Jakarta, menyebabkan kebencian menjadi sesuatu yang diwajarkan dalam interaksi sosial masyarakat. Akhirnya kultur saling menghormati dan memuliakan yang telah lama hidup dan menjadi ciri manusia Indonesia menjadi hilang. Hal ini kemudian membuka peluang meluasnya sikap intoleransi dan diskriminasi.

Efek dari kebencian yang diwajarkan tersebut masih terasa dan mungkin akan terus terasa mengingat tahun 2018 ini akan ada Pilkada dengan jumlah lebih besar. Itu jika kita sebagai manusia Indonesia tidak memiliki ketegasan melawan upaya politik identitas. Terlebih pada 2019 akan ada pemilihan Presiden dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sesuatu yang memang sangat ditunggu oleh makelar politik.

Menghadapi hal tersebut diperlukan suatu persiapan agar kita secara bersama-sama dapat menangkal jual beli kebencian yang kerap dilakukan oleh elite politik. Bukan tanpa sebab, Buni Yani yang merupakan satu dari sekian aktor utama kekisruhan politik tahun 2016 telah berujar saran menggunakan “formula” Pilkada Jakarta untuk Pilkada di Jawa Barat pada 2018 nanti. Formula Pilkada Jakarta yang di maksud Buni Yani itu tentu politik identitas.

Untuk itu politik identitas harus ditangkal melalui berbagai cara agar tidak ada lagi kebencian yang diwajarkan. Memuliakan sesama manusia menjadi kunci utama dalam menangkal meluasnya kebencian yang disebabkan oleh politik identitas.

Memuliakan memiliki makna menghargai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki derajat sama dengan manusia lain apapun identitas yang melekat pada dirinya. Makna ini kini semakin digerus oleh kepentingan para elite politik dan kepentingan semu mayoritas. Adanya celah kebencian yang diciptakan oleh sifat cemburu dan rasa kalah dalam persaingan, menggerakkan kita untuk mengambil keputusan membenci pihak lain.

Biasanya sesuatu yang menjadi target kebencian ialah orang luar ataupun orang yang memiliki identitas berbeda dari mayoritas penghuni wilayah. Konsep inlander dan outlander dikembangkan ditengah-tengah masyarakat untuk menandakan yang asli dan yang pendatang.

Penandaan ini bukan tanpa sebab, melainkan demi tujuan untuk menentukan target yang harus di kucilkan dan disingkirkan. Tak jarang dari pemisahan antara asli dan pendatang lahir sikap intoleransi dan tindakan diskriminasi. Perundungan etnis Tionghoa dan beberapa kelompok masyarakat yang kini marak terjadi, menjadi contoh perih dan nyata dari penggunaan konsep ini.

WhatsApp Image 2018-01-15 at 8.38.32 PM.jpeg

Kita harus menyadari masyarakat Indonesia memiliki beragam etnis dan agama, yang saat ini telah berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain di Indonesia. Orang-orang Batak bisa hidup dan menetap di Papua, begitupun sebaliknya. Orang-orang dari Maluku dapat hidup dan menetap di Aceh, begitupun sebaliknya.

Jika kita tidak melawan politik identitas, maka sangat mungkin keragaman yang telah bercampur menjadi satu kesatuan itu menimbulkan konflik dikemudian hari. Untuk itu masyarakat harus dapat bersatu melawan upaya-upaya pemecah belahan kesatuan dan keragaman Indonesia. Untuk itulah kultur memuliakan harus menjadi perekat sosial di masyarakat.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

"Buni Yani yang merupakan satu dari sekian aktor utama kekisruhan politik tahun 2016"

sepenggal kalimat yang provokatif,.. dalam karya ilmiah hal yang paling sulit adalah RUMUSAN MASALAH, bnyak dari kita gagal dalam merumuskan masalah,..

maaf kalau pendapat saya kurang berkenan. Tapi saya berdasar keputusan pengadilan saja pak. Ada aktor lain juga memang, tapi Buni Yani yang mengatakan kalau model Jakarta bisa diterapkan di Jawa Barat. Maaf kalau saya harus mencantum nama beliau.

Bagi Seorang politikus itu setiap kata yang dia keluarkan itu adalah "kepentingan"