Gong Xi Fa Cai, Pak Joni (Friendship Forever)

Salam Steemian,

(Mampir dan makan sate Apaleh Grugok. Bersama Pak Joni hunting batu giok ke Takengon)

"Pak Joni, bapak bisa Kung fu?" Pernah suatu waktu disela-sela ngobrol sambil ngopi, saya mengajukan pertanyaan tersebut buat Pak Joni, seorang pria paruh baya keturunan Tionghoa di Lhokseumawe. Pertanyaan tersebut disambut gelak tawa Pak Joni, dengan nafas yang putus-putus masih sambil tertawa ia balik bertanya kenapa saya menanyakan itu. Cuek saya jelaskan jika kami orang Aceh harus "jak beut" sejak kecil agar bisa mengaji, orang India sepertinya juga harus bisa menari bombay seperti dalam film-film, begitu juga dengan orang Cina yang sepertinya mereka semua jago kung fu layaknya Jackie Chan dan Jet Li. Pak Joni menjawab, tidak semua orang cina punya waktu untuk belajar kungfu. Konon lagi orang sepertinya, yang terlahir dari keluarga biasa, masa kecil dan waktu mudanya selalu dihabiskan untuk bekerja keras agar bisa menghidupi diri dan keluarganya.

Sebagai warga negara Indonesia keturunan China, ia bisa dikategorikan sebagai seorang pengusaha yang sukses, sangat sukses malah. Ia beserta istrinya yang cantik memiliki sebuah toko buku dan grosir terbesar penyedia alat tulis kantor (ATK) terlengkap di kota Lhokseumawe yang memiliki pelanggan sampai ke Takengon dan Bener Meriah. Ia juga memiliki karyawan yang setia dan jujur kepadanya, sehingga ia kerap menyerahkan kelola tokonya pada mereka, dan ia sendiri kerap jalan-jalan dan ngopi untuk mengisi masa tuanya.

Pak Joni adalah sosok seorang pria paruh baya dengan semangat yang masih muda. Sebelumnya Pak Joni adalah salah satu nasabah prioritas atau prime customer di bank tempat saya bekerja.Tinggal berjauhan dengan ketiga anaknya, ada yang di Medan, Jakarta dan Australia, Pak Joni kerap menelepon dan mengajak saya keluar untuk sekedar ngopi dan berburu kuliner. Yup, kami memang memiliki hobi yang sama, yakni ngopi dan makan. Setiap hari ada saja cafe dan resto berbeda yang kami kunjungi. Mencicipi setiap rasa masakan dan kopi lalu mengomentarinya adalah sebuah keseruan yang kami lakukan bersama. Kenal dan akrab dengannya adalah sebuah kebanggaan dan kesenangan tersendiri. Sehat terus ya pak..

(Ngopi kami di Stations Coffee Premium, Lhokseumawe)

(At Arabika Coffee and Resto, Lhokseumawe)

Pernah dalam satu waktu, sebagai seorang dengan latar belakang wiraswasta dan pengusaha, ia sangat setuju ketika saya sampaikan rencana untuk membuka sebuah usaha sampingan. Semua petuah, nasehat dan semangat selalu ia kobarkan demi terwujudnya usaha tersebut. Bahkan mirip Bob Sadino, entrepreneur populer di Indonesia, Pak Joni juga punya pernyataan, jika mau jadi Boss, milikilah usaha sendiri, walaupun usaha itu kecil. Usaha yang tidak jauh-jauh dari hobi makan, saya realisasikan dalam bentuk membuka tiga buah gerai/outlet (mie pangsit bireuen dan franchise Burger Sumo) di tiga cafe terkenal di Lhokseumawe. Sebagai bentuk dukungannya, hampir setiap sore Pak Joni menyempatkan mampir ke lokasi usaha saya. Ayo pak, makan sepuasnya, saya yang traktir..

(Bersama Pak Joni saat Opening Pangsit Bireuen di D'Royal Coffee)

Bahkan setelah resign dari pekerjaan serta pindah ke Bireuen untuk membuka usaha warung kopi sendiri, Pak Joni masih tetap setia memberikan semangatnya kepada saya. Dengan segala keterbatasan akibat usia senja, dan baru saja ditimpa kecelakaan, walau dengan bertongkat ia ikut menghadiri dan menempuh perjalanan dari Lhokseumawe ke Bireuen guna menghadiri pembukaan warkop saya. Sungguh kesetiaan pertemanan yang luar biasa ditunjukkan tanpa mempermasalahkan usia, suku dan etnis, dimana persahabatan lebih penting dari apapun.

(Pak Joni menghadiri opening warung kopi kami di Bireuen)

Dan menyambut Imlek/tahun baru Cina kemarin, saya mengirimkan pesan kepadanya "GONG XI FA CAI" Pak Joni, agar sekiranya ia dan keluarga berbahagia, sehat selalu dan sukses terus. Dan semoga tetap menjadi teman ngopi selamanya.

Kapan-kapan saya ke Lhokseumawe lagi, kita ngopi Pak Joni ya..

Terimakasih sudah membaca.

Salam,
@yudhi-ihsan