Sumber gambar

Salah satu sunnah Nabi yang paling luar biasa adalah menjaga perasaan orang tua. Orang yang paling berhak untuk kita jaga perasaannya adalah orang tua kita. Dan orang tua kita yang paling berhak kita jaga perasaanya adalah ibu kita, ibu kita, ibu kita, baru ayah kita. Menjaga perasaan ibu kita itu, tiga kali lipat. Kenapa? Dulu sahabat pernah bertanya kepada Nabi, "siapa orang yang lebih pantas untuk saya berbakti ya Rasulullah?", "ibumu, ibumu, dan ibumu", Jawab Rasulullah.

Maksudnya apa? Kemudian sahabat berkata, "kalau misalnya ibu saya jengkelin gitu?", "tetap ibumu". "kalau misalnya ibu saya ngeselin?", "tetap ibumu". "Pokoknya apapun alasannya tetap ibumu dulu, jaga perasaan ibu". Sejauh itu islam mengajarkan akhlak kepada kita.

Bagaimana menjaga perasaan seorang ibu? Ada sebuah cerita, dulu pada zaman Tabi'in, tabi'in ini adalah keturunan Nabi. Seorang Tabi'in ini, ketika sedang makan bersama ayah dan ibunya, kan orang Arab dulu kalau makan satu nampan itu rame-rame, ayah ibu, dan anak barengan gitu makannya. Tapi beliau ini tidak pernah ikut makan bersama ibunya. Tabi'in ini hanya menyiapkan makanan untuk ibunya, lalu ia menunggu sampai ibunya selesai makan.

Lalu ditanya oleh orang yang melihat kejadian ini, "kenapa engkau tidak pernah makan bersama ibumu? ", Kata dia, "Saya khawatir, ketika saya makan bareng dengan ibu saya, saya mengambil bagian yang ibu saya sebenarnya juga menginginkan itu, tapi karena sudah ditangan saya, sehingga ibu saya harus ngalah demi saya. Padahal sebenarnya ibu saya pingin, saya tidak mau hal itu terjadi. Jadi saya lebih baik diam dulu dan menunggu sampai ibu saya selesai makan, setelah itu baru saya makan". Sebegitunya sahabat menjaga perasaan ibu mereka.

Tidak ada yang lebih penting daripada ibu, bahkan shalat sunat sekalipun. Ada cerita, seorang ulama yang sedang shalat sunat, lalu ia dipanggil oleh ibunya, sehingga ia berbimbang antara memenuhi panggilan ibu dan meneruskan shalat sunatnya yang tinggal sedikit lagi, sudah di rakaat terakhir. Akhirnya ia memilih untuk menyelesaikan shalat sunatnya dulu, kemudian memenuhi panggilan ibunya.

Namun apa kata para ulama? Orang itu dicela oleh Allah dan mendapatkan hukuman yang berat. Bayangkan, bukan tidak datang, datang, cuman tidak segera, dan alasannya itu mulia, sedang shalat sunat.

Apa kata Nabi, "Apabila kita dipanggil oleh ibu kita, sedangkan kita sedang shalat wajib. Maka singkatkanlah shalatmu demi memenuhi panggilan ibu". Karena kalau shalat wajib kan tidak boleh dibatalin, maka dipersingkat.

Kita pasti berpikir, "Ah lebih mementingkan ibu daripada Allah". Bukan, justru Allah yang memerintahkan kita untuk mementingkan ibu kita daripada Allah. Begitulah Allah menghargai perasaan seorang ibu.

Semoga bermanfaat, terimakasih telah berkunjung, membawa, dan membaca postingan saya hari ini. 🙏

Salam Ramadhan
Best Regard @zulfa0109

Jangan Lupa Tersenyum dan Bahagia