angi Apa Almamatermu?
Seorang mahasiswa menepuk-nepuk bagian bahu almamaternya. Masih tersisa bekas keringat yang bercampur debu saat berdemo kemarin. Lantas ia mencium jaket kebanggaannya itu. “Inilah wangi perjuangan”, bisiknya.
Di sudut yang lain, seorang mahasiswa sedang menyeterika kemeja putih, celana hitam, dan jaket almamaternya. Ia akan mengikuti konferensi tingkat nasional. Ah, pasti karena itu ia siapkan pakaian rapi lengkap dengan almamater kebanggaannya.
Lain lagi dengan yang satu ini, seorang mahasiswa sedang membersihkan kotoran akibat goresan pensil warna di almamaternya. Ia mengambil sehelai tissue basah lalu menggosok-gosokkan di permukaan kotor tersebut, ia sama sekali tidak menyesali ulah anak-anak lucu yang telah mencoret jaket kebanggaannya itu.
Sekarang giliranku, mungkin juga giliranmu. Coba ciumi almamater dari kampus kebanggaan kita, aroma apa yang menyeruak?
Akankah ia beraroma debu dan tetes keringat akibat seringnya engkau turun ke jalan? Mungkin juga wangi yang kau cium adalah wangi peserta konferensi atau pertemuan-pertemuan intelektual lainnya? Atau ia beraroma anak-anak yang senantiasa kau ajarkan?
Aku yakin, semua itu adalah wangi perjuangan.
Jika ada yang berkata, “Mahasiswa itu harus turun ke jalan jika merasa masih peduli dengan bangsa ini!”. Hei, apakah kawan-kawan kita yang
menguras pikiran demi sebuah
penemuan itu bukan bagian dari perjuangan?
Apakah teman-teman kita yang sering ke luar negeri untuk konferensi atau lomba-lomba itu kita pandang sebagai ambisi pribadi?
Atau kita menganggap remeh perjuangan sebagian teman-teman yang berbagi senyum dan semangat dengan anak-anak pinggiran?
Semua kita sedang berjuang, kawan. Apapun medannya.
Pemerintah harus berterima kasih kepada mereka (mahasiswa) yang bersedia mengawal dan menasihati tanpa meminta bayaran. Orang tua, selayaknya menaruh harapan bahwa ada jutaan anak muda yang masih peduli dan mempersiapkan diri guna menjemput Indonesia di masa depan.
Hanya satu yang ingin kutanyakan, kawan, wangi apa almamatermu?
Jangan sampai ia beraroma lemari usang yang hanya kau keluarkan saat menjelang kelulusan.
Aromai ia dengan perjuangan, apa pun itu. (NN, 2015)
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://yunusilhami-mutiarabersinar.blogspot.com/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit