perkenalan diri ; Hati Ku terbuka untuk steemit.

hai sobat dan kawan - kawan yang ada di steemit !!!

senja sore, angin berhembus pelan sepertinya ingin bermanja dengan penduduk kota kembang. lalu lalang insan manusia di jalan kota Bandung dengan berbagai arah, tanpa yang tau kemana mereka bermuara. hiruk pikuk kendaraan roda dua dan empat ibarat semut sedang berjalan. rasa kesal di jalan, rasa bosan karena harus merangkak untuk menuju tujuan sebagai tempat hang out bersama teman - teman. kami sering nongkrong di puncrut salah tempat kuliner terkenal di bandung. selain banyak pilihan makanan, tempatnya di berada di atas kota bandung, bersama menikmati hidangan makanan khas Bandung, juga dapat menikmati indahnya kota Bandung.

Telah menjadi kebiasaan jika week and kami sering ngumpul bareng bersama teman - teman kuliah, hitung - hitung bisa untuk hilangin stres, karena namanya anak kuliah pasti tidak sepi dengan berbagai tugas yang diberikan oleh pak prof. alias dosen. namun disaat ngumpul, teman - teman sibuk dan asik membahas masalah STEEMIT. hanya aku yang belum punya akun STEEMIT, teman - teman bicara bahasa istilah yang ada dalam STEEMIT, misalnya vote, upvote, SBD, sistem power, voting power, reputasi, komentar, posting dan lain - lain. aku hanya diam tidak tau harus nimbrung bagaimana, sesekali aku alih pembicaraan, pura - pura lihat foto - foto hasil selfie di IG,namun mereka cuma senyum tanpa respon yang wow. mereka kembali membicara kan masalah STEEMIT. akhirnya aku memilih membuka halaman whatsapp.berpura pura chating, padahal hanya membaca - baca chatingan yang lama.

salah satu teman ku menawarkan aku untuk buat akun STEEMIT, awal aku cuek, tapi temanku terus jelasin ke aku tentang manfaat punya akun STEEMIT, cuma aku jawab, lo.. udah cocok jadi marketing, tapi teman lain justru membela dia, tapi aku menyimak dari penjelasan temanku, bahwa aku menyimpulkan, bahwa STEEMIT ini tidak sulit, tanpa modal tapi banyak positif, hati ku pun luluh, logika berpikir pun menurut. akhirnya pikiran dan hati ku menyatakan iya, membenarkan apa yang di jelasin oleh teman ku, akhirnya aku membuka hati untuk menerima STEEMIT sebagai media sosial baru ku.

setelah aku menyetujui, temanku pun meminta hape android yang sedang aku pegang, untuk mendaftar akun STEEMIT. aku hanya cuma ditanya email, no hape, dan nama akun yang sesuai dengan keinginan. akhirnya aku memilih nama akun dengan CHINES, kenapa aku pilih CHINES sebagai nama akun ku.. karena aku punya hubungan emosional dengan chines, tentu aku ingin chines tidak lepas dari ingatanku dalam hidup. setalah proses pendaftaran, kata temanku harus menunggu beberapa hari untuk mendapat persetujuan melalui verifikasi email dan baru di beri pasworrd akun melalui pesan dari email yang kita daftar. setelah menunggu beberapa hari, ternyata pada hari ke 4 pasworrd aku telah dikirim melalui email.

stelah punya email, aku jumpai teman aku di kampus minta di ajarin bagaimana memulainya, teman ku pun dengan senang hati mengajarin aku, mulai dari cara masuk dan cara memposting, tentu tidak semuanya di ajarin, pasti bertahap. kata teman aku, harus memperkenal kan diri sebelum kita mem-posting tulisan atau foto - foto yang layak di publikasi.

teman steemians, perkenalkan aku;

nama aku yulian, umurku 20 tahun, aku masih mahasiswa semester 4 di Universitas Padjadjaran Bandung, jurusan hubungan internasional, aku tinggal di bandung, asliku jakarta utara,. aku senang berkawan, aku senang bercanda, aku senang berpergian, aku senang menulis dan membaca. ini saja dulu pekenalan singkat aku sebagai awal aku bergabung dengan STEEMIT. saya sangat berharap teman - teman yang telah lama di media STEEMIT mau membantu ku dan mengajariku secara teknis menggunakan STEEMIT.

sekian cerita singkat bagaimana aku mengenal STEEMIT dan jatuh cinta pada STEEMIT, semoga STEEMIT dapat membawa manfaat untuk ku dan untuk orang lain. salam STEEMIT dengan motto;

pohon besar tidak akan kuat jika tidak ada akar, penguasa tidak akan hebat jika tidak ada rakyat, konglomerat tidak akan sukses jika tidak ada orang miskin, intelektual tidak akan berguna jika tidak ada orang bodoh