Hai, saya Iping. Saya baru saja menyelesaikan studi master di Universitas Gadjah Mada. Saya mengambil jurusan Ilmu Resolusi Konflik dengan spesialisasi Genosida, Perang Saudara, Kekerasan Politik, Separatisme, dan Terorisme. Saya menyelesaikan gelar master dengan tesis tentang rekonsiliasi atas kasus kekerasan 1989-2005 di Aceh.
Pada 2005 silam, GAM dan RI menandatangani kesepakatan damai sebagai usaha untuk meresolusi konflik. Salah satu unsur pencapaian perdamaian yang termaktub di dalam kesepakatan itu adalah rekonsiliasi. Namun hingga hari ini, tidak ada kekonkritan rekonsiliasi pasca perang.
Melihat keadaan demikian, saya berpendapat berdasarkan pendalaman ilmu resolusi konflik, Aceh tidaklah damai, hanya perang dan dentuman senjata yang tidak terjadi lagi. Tidak serta merta ketika kesepakatan damai dilakukan, semua permasalahan akan terselesaikan.
Ada semacam kekacauan orientasi politik di Aceh dimulai pada 2005 itu. Singkatnya, korban perang akan tetap menjadi korban karena hingga saat ini mereka hidup dengan kekalutan dan pembodohan. Kekerasan masih membelenggu Aceh, adalah kekerasan struktural. Sebuah kekerasan yang sangat luar biasa, keadaan yang dibiarkan oleh kecacatan pemikiran dari Pemerintah.
Thanks @iping
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit