MARJINALISASI ETNIS ASLI (STUDI ETNOGRAFI TERSINGKIRNYA ETNIS SIMALUNGUN SEBAGAI ETNIS ASLI SECARA FISIK DAN KEBUDAYAAN DI SEI MANGKEI, KABUPATEN SIMALUNGUN
Fritz Octo Amando De’houtman Saragih
Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
2017
Dosen Pembimbing: Drs. Yance, M.Si
Jl. Dr. A. Sofyan No.1 Kampus USU Medan, 20155 Indonesia
Email: [email protected]
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana etnis Simalungun dalam menyambut derasnya pendatang dari berbagai daerah ke Kabupaten Simalungun, khususnya di Sei Mangkei dan menjelaskan proses marginalisasi etnis Simalungun. Peneliti memilih Desa/Kelurahan/Nagori Sei Mangkei sebagai lokasi penelitian untuk melihat perkembangan pembangunan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang menjadi salah satu faktor penambah derasnya pendatang serta melihat peran budaya etnis Simalungun dalam menyikapi dominasi pendatang. Masyarakat Nagori Sei Mangkei secara keseluruhan adalah wadah untuk memperoleh data primer dan didukung sumber-sumber kepustakaan sebagai data sekunder.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan di desa, seperti: Kebiasaan-kebiasaan, dan proses interaksi antar masyarakat. Sedangkan wawancara dilakukan guna memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Wawncara dilakukan langsung dengan beberapa masyarakat etnis Simalungun dan juga non Simalungun yang ada di Sei Mangkei. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa tokoh-tokoh masyarakat Simalungun yang aktif dalam organisasi masyarakat Simalungun. Untuk menambah kapasitas informasi, peneliti juga menggunakan data dari instansi-instansi terkait.
Tinjauan Pustaka; Kebudayaan digunakan untuk membentuk pola hidup menyikapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi (Spradley, James P. 2007:5). Menurut Fakih “Marginalisasi berarti proses menjadikan kelompok tertentu berada pada posisi tepi, terpinggirkan, atau tidak berdaya berekspresi". Anthonio Gramsci (1891-1937) seorang filsuf Marxis dari Italia. Kata hegemoni berasal dari bahasa Yunani “hegeistai” yang berarti pemimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan lain. Bruner dalam (Nainggolan. 2006), ada tiga unsur dalam menentukan ada tidaknya kultur doiman: • Adanya perbedaan menonjol, seperti jumlah atau demografi sosial diantara kelompok etnik • Adanya oengaruh kultur dari suatu kelompok terhadap kelompok lain dalam hubungan dan pengaruh kultur tersebut • Konsentrasi kekuasaan terdapat pada etnik dominan. Dalam topik penelitian ini, Teori Identitas Sosial dalam Ilmu Antropologi digunakan untuk menjawab hal-hal terkait mengapa orang lebih memiliki preferensi terhadap kelompoknya sendiri, dan tidak terhadap kelompok yang lain. Identitas sosial ditempatkan sebagai bagian dari individu (citra) yang berasal dari proses kategorisasi dan perbandingan sosial. Kemudian individu akan berupaya untuk memperjuangkan positive in group distinctiveness.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa salah satu penyebab marginalisasi etnis Simalungun di Sei Mangkei adalah akibat derasnya migrasi etnis Jawa yang datang untuk bekerja di perkebunan dan masuknya etnis Toba, Tapanuli dan Karo sebagai etnis tetangga yang pengaruhnya semakin kompleks di Sei Mangkei Kabupaten Simalungun. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya marjinalisasi etnis Simalungun di Sei Mangkei adalah kurangnya peran pendidikan. Seperti perminataan perusahaan di kawasan KEK kepada masyarakat sekitar KEK saat perekrutan pekerja yang membutuhkan tenaga-tenaga ahli, tetapi masyarakat sekitar KEK belum mampu memenuhi kriteria permintaan perusahaan tersebut. Kemudian faktor budaya juga sangat berpenaruh besar terhadap eksistensi etnis Simalungun, kurangnya ketegasan masyarakat etnis Simalungun dalam menunjukan jati diri atau identitas sebagai etnis Simalungun dan terdapat kebiasaan-kebiasaan etnis Simalungun cenderung melemahkan semangat bersaing. Contoh cerita masa lampau; etnis Simalungun merupakan salah satu etnis dengan budaya kerajaan dan dapat dibuktikan dengan masih berdirinya salah satu peninggalan kerajaan di Bangun Purba. Oleh karenanya sistem kasta secara tidak langsung elah terjadi dalam praktek kehidupan sosial di Simalungun pada eranya. keadaan ini mengikut pada salah satu sifat dari etnis Simalungun yaitu, merasa sebagai tuan rumah, tuan tanah, memiliki harta, dll yang membuat mereka tidak mau (malu) jika bekerja pada orang lain. Etnis Simalungun beranggapan bahwa jika bekerja pada orang lain (perusahaan) akan menjadikannya "hatoban" yang artinya adalah budak. Dalam penelitian ini, terdapat pula beberapa masyarakat etnis Simalungun yang tidak mengetahui kebudayaan Simalungun bahkan telah menghilangkan identitasnya sebagai etnis Simalungun dengan tidak menyertakan marga dalam kehidupan sehari-harinya.
Kesimpulan yang bisa dicapai melalui tulisan ini yaitu: Etnis Simalungun sebagai etnis asli saat ini masih belum bisa menunjukkan eksistensinya serta status sebagai putra putri daerah di tanah Simalungun. Kurangnya peran budaya dalam menjaga eksistensi identitas etnis Simalungun.
Kata-kata kunci: Marjinaliasi, Etnisitas, Eksistensi, Identitas, Simalungun
Congratulations @fritzocto! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
You made your First Vote
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard!
Participate in the SteemitBoard World Cup Contest!
Collect World Cup badges and win free SBD
Support the Gold Sponsors of the contest: @good-karma and @lukestokes
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit