Dahulu, untuk bertemu dan berkomunikasi dengan teman, baik teman satu sekolah, pesantren, atau tempat tinggal, mereka harus menghabiskan waktu demi pergi ke tempat kawan. Sebagian mereka saling mengirim surat untuk menyapa teman di kejauhan. Memang kala itu Kantor Pos sangat berjaya dengan lalulintas surat menyurat.
Sekarang, yang orang kerap menyebutnya zaman milenial. Penuh dengan beragam cara dan karakter. Sebut saja tren hidup. Kini zamannya media sosial. Tak punya media sosial seakan tak gaul. Ketinggalan zaman. Terlebih ketinggalan informasi.
Hal yang harus diakui adalah pertemuan demi pertemuan. Setelah tamat sekolah dengan beragam jenjang pendidikan, banyak orang yang tak bertemu lagi dengan teman sekolahnya, teman kerjanya, dan teman lainnya. Baik sibuk mengurus rumah tangga, pekerjaan menumpuk, dan beragam kegiatan yang tidak pernah berhenti.
Akibatnya, ada agenda pertemuan alumni. Dan paling inti dari reuni itu adalah membentuk grup WA. Misal grup WA SMA 1. Tak hanya itu, ada lagi reuni Fakultas, bentuk lagi grup WA Fakultas. Ketemu teman satu jurusan, kembali bentuk grup WA Jurusan Biologi. Besoknya ada jumpa dengan teman Sekolah Dasar (SD), bentuk lagi grup WA SD. Jumpa teman satu kelas, lagi-lagi buat grup WA Kelas A. Belum grup WA aneka komunitas.
Akhirnya, di androit banyak grup WA dengan beragam nama dan tujuan. Saya sendiri ada grup WA 50 lebih. Bahkan sebagian orang memiliki grup WA lebih dari 100. Bayangkan, dalam sehari satu grup saja kita habiskan waktu 20 menit. Sudah berapa menit waktu digunakan untuk bermain di WA bila memiliki 100 grup? Tentu tidak semua orang memanfaatkan waktu dengan baik. Apalagi mengatur waktu bukan perkara mudah bagi segilintir orang.
Abu Teuming
Direktur LSM Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah (K-Samara)