TIGA bulan lalu saya mendapat amanah memegang kendali Radio Assalam FM 107,9MHz, sebagai station manager.
Radio Komunitas yang dikelola mahasiswa Fakultas Dakwah ini mengudara dari Lantai 2 Gedung Fakultas Dakwah Jl. Syeikh Abdurrauf Al Singkili, Kompleks UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
Assalam FM resmi mengudara pada Kamis 18 Juni 2015. Saat itu, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim, MA meluncurkan langsung siaran perdana radio ini.
Berada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, radio Assalam FM didaulat sebagai radio syiar dakwah dan syair.
Radio ini diharapkan menjadi tempat praktik dan magang mahasiswa, terutama mereka yang belajar pada jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam (KPI).
Rektor UIN Ar-Raniry Farid Wajdi Ibrahim usai melaunching Assalam FM mengatakan, dengan berjalan dan mengudaranya kembali radio assalam, menjadi suatu kemajuan tersendiri bagi kampus, setelah beberapa saat tidak beroperasi dikarenakan pada masa rehab-rekon kampus UIN.
Radio Assalam FM menjadi radio Komunitas pertama di Aceh telah resmi mendapat izin siar.
Menurutnya, radio Assalam banyak manfaat bagi UIN Ar-Raniry, terutama bagi mahasiswa pada jurusan yang ada kaitannya dengan media radio seperti di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Radio ini juga dijadikan sebagai tempat menyampaikan informasi tentang kampus UIN Ar-Raniry yang disampaikan langsung kepada publik, juga dapat dijadikan sebagai wadah bagi dosen dan dai-dai dari kampus untuk menyampaiakan dakwah melalui radio.
Radio Komunitas ini pernah mengudara pada masa uji coba dan terhenti saat proses rehabilitasi kampus Pascatsunami. Izin mengudara radio ini sudah diurus sejak 2008.
Selain untuk penyampaian informasi dan tempat praktik, radio ini juga bisa digunakan para dosen maupun penceramah dari kampus untuk menyampaikan dakwah.
Peluang Dakwah melalui radio sangat terbuka lebar. Era di mana teknologi semakin canggih, telah kembali menempatkan radio sebagai saluran efektif penyampaian pesan.
Ketua Umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) DKI Jakarta, M. Rafiq dalam satu konferensi Pers Radio Day 2017 yang dirilis republika.co.id memetakan peluang radio di abad ini.
Menurutnya, sebanyak sekitar 40 persen lebih pendengar radio merupakan generasi Z dan generasi Millenial. Selebihnya, pendengar radio merupakan generasi Y dan generasi baby boomers atau generasi kedua.
Data tersebut didapatkan Rafiq dari Nielsen. Hanya tiap cara mendengarkan radionya saja yang berbeda. Generasi Y, kata Rafiq, masih mendengarkan radio di dalam mobil saat berangkat dan pulang kantor.
Sementara, generasi X dan millenial mendengarkan radio dari ponsel dengan streaming, mobile apps, atau masuk dalam website radio.
Sekarang banyak radio yang siarannya mereka rekam dan mereka taruh di website mereka sebagai podcast, akhirnya anak-anak generasi Z dan generasi Millenial itu mereka bisa milih kapan mereka mau dengar radio.
Konten yang didengarkan oleh generasi Z dan Millenial. Di antaranya, musik, informasi lalu lintas, kesehatan, gaya hidup, dan informasi acara atau event-event.
Generasi ini banyak ngedenger (radio saat) pagi, dari jam 5 sampai jam 9 pagi dan mereka banyak lagi dengar (radio saat) malam mulai dari jam 7 sore sampai menjelang mereka tidur.
Ini peluang besar bagi pengembangan Dakwah masa depan. Saya berfikir, sepuluh tahun ke depan Radio kembali berjaya di udara.
Di Banda Aceh saja, saat ini siaran langsung keadaan lalu lintas di setiap persimpangan menjadi informasi yang ditunggu pendengar pengendara.