Mari! Belajar Hidup Dari Kisah Abu Dzar

in life •  6 years ago  (edited)


Image Pixabay-CCO

Sudah kah Anda berbuat baik hari ini? Jangan menunggu esok hari untuk beramal, karena tidak ada yang tahu kapan ajal mejemput kita. Bisa saja nanti atau sebentar lagi. Tapi, saya masih baik-baik saja, Anda terlalu sombong dan tidak pantas berkata demikian! Hanya Tuhan yang tahu kapan tibanya ajal seseorang.

Jika Anda merasa diri Anda terlalu miskin dan lemah dalam hal berbuat kebaikan. Saya kira itu adalah pendapat yang keliru. Ya, kita patut belajar pada sebuah kisah sahabat Rasulullah yang bernama Abu Dzar Al Ghifari. Dia, Abu Dzar adalah seorang sahabat yang sangat miskin.

Pada suatu hari Abu Dzar menjumpai Rasulullah, kemudian Abu Dzar bercerita perihalnya. "Ya Rasul, aku sangat iri kepada seseorang, dia adalah orang kaya". Kemudian Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar. "Wahai Abu Dzar, kenapa kamu iri pada orang kaya tersebut?". Lalu Abu Dzar menjawabnya. "Ya Rasul, dia bisa melakukan ibadah seperti yang aku lakukan, dia bisa salat, puasa dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya. Sementara, ada satu ibadah yang dia bisa lakukan namun aku tidak bisa melakukannya".

Mendengar curhatan sahabatnya, Rasulullah pun kembali bertanya. "Wahai Abu Dzar, ibadah apa yang tidak bisa kamu lakukan?". Abu Dzar pun menjawab, "Ya Rasul, aku tidak bisa bersedekah seperti yang dilakukan oleh orang kaya tersebut, bagaimana aku bisa bersedekah, sementara aku tidak punya harta".

Kemudian Rasulullah bertanya lagi kepada Abu Dzar, "Wahai Abu Dzar, hari ini istrimu masak apa?". Abu Dzar pun menjawab, "Istriku masak sup, Ya Rasul". Mendengar jawaban dari Abu Dzar, Rasulullah pun kaget, lalu Rasulullah bertanya lagi kepada Abu Dzar, "Wahai Abu Dzar, kalau istrimu memasak sup, kenapa juga kamu bilang tidak punya harta?". Akhirnya Abu Dzar pun menceritakan perihal sup yang dimasak istrinya bukanlah sup seperti biasanya. " Ya Rasul, sup masakan istri saya itu terdiri dari air, irisan bawang dan garam".


Image Pixabay-CCO

Setelah mendengar jawaban dari Abu Dzar, kemudian Rasulullah menyuruh Abu Dzar pulang, "Wahai Abu Dzar, pulanglah ke rumahmu, tambahkan air, irisan bawang dan garam, kemudian bagikan masakan sup tersebut kepada tetanggamu!". Seketika setelah Rasulullah meyuruhnya seperti itu, Abu Dzar pun langsung bergegas pulang kerumahnya dan mengerjakan seperti perintah Rasulullah. Setelah istrinya memasak sup tersebut, kemudian Abu Dzar pun membagikan kepada tetangganya.

Kemudian, reaksi dari tetangga Abu Dzar pun berbuah manis untuk Abu Dzar dan istrinya. Keesokan harinya seorang tetangga Abu Dzar pun bertanya kepada istrinya, "Wahai istriku, hari ini kamu masak apa?", istrinya pun menjawab. "Hari ini kita memasak sup kambing, wahai suamiku". Kemudian tetangga Abu Dzar tersebut pun menyuruh istrinya untuk membagikan sup kambingnya kepada keluarga Abu Dzar. "Wahai istriku, setelah sup kambing siap dimasak, jangan lupa kamu bagikan kepada Abu Dzar!".

Kemudian istri tetangga Abu Dzar tersebut mendatangi rumah Abu Dzar dengan sebuah mangkok yang berisikan sup kambing. Sontak saja Abu Dzar dan istrinya kaget karena diberikan sup kambing oleh tetangganya. Selama ini Abu Dzar dan istrinya jarang sekali memasak sup kambing karena tidak mempunyai uang untuk membelinya.

Hari itu pun Abu Dzar sangat senang, saking senangnya Abu Dzar mendatangi Rasulullah, dengan maksud menceritakan perihalnya mendapatkan hadiah sup kambing dari tetangga. Setibanya Abu Dzar dikediaman Rasulullah, "Ya Rasul, sedekah memang ajaib", ucap Abu Dzar sebanyak tiga kali di hadapan Rasulullah.


Image Pixabay-CCO

Temanku, mendengar cerita diatas. Masih wajarkah kita bersifat kikir? Seorang Abu Dzar yang tidak punya harta saja masih semangat bersedekah, walau itu hanya sekedar masakan sup irisan bawang dan garam. Sudah selayaknya kita melakukan lebih dari yang Abu Dzar lakukan. Sedekah tidak melulu dengan harta. Bagi kita yang diberikan kekuatan, kita bisa sedekahkan tenaga kita dijalan kebaikan. Bagi kita yang diberikan ilmu, kita bisa sedekahkan dengan mengajarkan orang lain. Dan, bagi kita yang diberikan harta, kita bisa sedekahkan sedikit harta untuk membantu kebutuhan orang lain.

Kita harus yakin, jika sedekah adalah investasi nyata. Abu Dzar, seorang sahabat Rasulullah telah membuktikannya. Hari ini, Abu Dzar bersedah semangkok sup irisan bawang dan garam, keesokan harinya Abu Dzar mendapatkan gantinya dengan sup kambing dari tetangganya. Bukankah, ini adalah bukti nyata, jika imbalan sedekah itu benar adanya. Semoga kisah Abu Dzar bisa menginspirasi dan memotivasi kita untuk terus berbuat baik, tanpa menunda-nundanya. Amiin

steempress witness2.gif
vote steempress witnesses here : https://steemit.com/~witnesses


Posted from my blog with SteemPress : http://ayuramonablog.epizy.com/2018/09/15/mari-belajar-hidup-dari-kisah-abu-dzar/

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Subhanallah, sangat menginspirasi ceritanya. Terkadang banyak diantara kita menyepelekan yang namanya bersedekah. Bahkan banyak diantara kita yang enggan melakukan sedekah, dengan dalih kita tidak mempunyai cukup uang dan bukan merupakan orang kaya. Sangat bermanfaat @ayuramona

Iya @teukurival

Semoga kita semua tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang bakhil dan cinta dunia, amin..

Terimakasih sudah bergabung di server arTeem, @ayuramona.

Posted using Partiko Android

Terimkasih kembali buat kunjungannya @arteem

Jangan pelit. Pelit kok bangga. Ya ngga bang.

Tepat sekali bangda @aneukpineung78 :)
Harta, ilmu, sehat, semuanya adalah titipan

Cocok! Tost dulu!

Congratulations @ayuramona! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Sedikit apapun kita bersedekah selagi itu ikhlas,inshaAllah Allah akan membalasnya dalam jumlah yang banyak.
Isi tulisan nya bagus bang @ayuramona, buat renungan kita semua, terimakasih sudah berbagi

Benar buk @yati, bukan dari seberapa besarnya. Tapi, seberapa iklas dan mau kita memberinya.

Terimakasih telah berkunjung, salam :)