Dua tahun lalu kondisi SDN Sampang di Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten sudah seperti kandang kambing. Tak berpintu, sehingga kalau sore hari sering ada kambing masuk kelas.
Kelas dengan lantai yang nyaris tanah, jendela rusak, dinding bolong dan atap plafon yang jebol, sangat ironis. Padahal jarak Kantor Bupati Serang dengan Istana Merdeka Jakarta, cuma 80 - 90 kilometer saja. Naik mobil lewat tol Jakarta - Merak pun butuh waktu kurang dari 2 jam saja.
Belakangan, sesudah mendapat bantuan advokasi LSM dan sorotan media massa, SDN Sampang pun mendapat dana rehab gedung. Padahal, sudah bertahun-tahun lamanya, sekolah yang dibangun sejak 1984 ini selalu (rajin) mengajukan bantuan rehab gedung, tapi selalu saja tak diluluskan Pemkab Serang, Banten.
(Catatan: Kini, Bupati Serang dijabat oleh Ratu Tatu Chasanah, adik kandung dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah) 😲
Di Serang, masih banyak - ratusan bahkan ribuan - ruang kelas yang dalam kondisi rusak berat sampai ringan. Mirisnya, kemampuan Pemkab Serang untuk merehab bangunan (ruang kelas) sekolah, cuma sanggup untuk 140 unit saja per tahun!
Herannya, dana CSR perusahaan-perusahaan kenapa enggak bisa dimaksimalkan? Apakah perusahaan-perusahaan sudah hilang kepercayaan kepada Pemkab Serang?
Duh, pendidikan di Banten memang sungguh miris.
Mau mengadu ke Ki Hadjar Dewantara pun tak mungkin.
Jadi "HARDIKNAS" ini punya siapa? 😥
Tulisan yang menyorot soal IRONI PENDIDIKAN DI BANTEN, teman saya unggah di Kompasiana pada tautan di bawah ini:
Refleksi Hardiknas, 795 Ribu Siswa SD Terancam Bangunan Sekolah Roboh di Banten
#Hardiknas2Mei
#HariPendidikanNasional
Foto-foto di bawah adalah milik teman-teman di "PATTIRO BANTEN" dan newsmedia.co.id