Ditengah gencarnya arus globalisasi, anak biasanya selalu dihadapkan dengan kecanggihan teknologi yang semakin berkembang. Efeknya mereka lalai dengan bermain gadget setiapa hari dan tentunya dengan izin orang tua. Hal seperti ini menjadikan mereka sedikit teman yang sepermainan.
Namun berbeda dengan di desa Pulo Tukok. Anak-anak di gampong ini dididik mengisi waktu bermain dengan bermain Rapai Plok. Mereka tidak terpaku dengan gadget seperti anak di perkotaan pada umumnya. Setiap hari mereka selalu latihan bersama-sama dengan di dampingi orang yang telah berpengalaman.
Rapai yang mereka mainkan bukanlah rapai pada umumnya yang terbuat dari kulit kambing. Akan tetapi, rapai yang mereka mainkan adalah rapai yang terbuat dari bahas bekas (Plok Cet). Rapai ini dibuat berdasarkan inisiatif mereka sendiri.
Berawal dari tidak diizinkannya mereka untuk bermain rapai oleh orang dewasa disebabkan akan merusak rapai, maka mereka mancari inisiatif sendiri dengan membuat rapai dari bahan bahan-bekas yang ada. Sebab inilah mereka bermain rapai dengan barang bekas. Hanya ditambahkan tutup botol sirup diatas sebagai bunyi krik krik krik.
Hal seperti ini merupakan sebuah hal yang jarang ditemukan. Kebersamaan mereka dalam bermain tidak didapatkan di kota. Usia anak-anak adalah usia yang dipenuhi dengan waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Yang mereka tahu hanyalah bermain dan bermain. Tidak pikiran apapun dalam benak mereka, selama itu membuat mereka senang itulah hal yang akan selalu mereka lakukan.
Geng bocah rapai plok
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Yo i brooo... @rizalchaju
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit