Assalaamu'alaikum........
Selamat malam para steemian, hari ini penulis ingin membahas tentang "maaf online". Penulis mendefinisikan "maaf online" dengan ucapan "peminta maaf onlen" kini merambah layaknya bias kebudayaan. Dalam sekejap pengaruh media dengan berbagai macam aplikasi chattingan pada saat-saat hari raya seperti ini dipenuhi dengan "peminta maaf onlen.
Jika para stemian memiliki 10 group dalam aplikasi What's App dan 200 teman yang isinya saudara, kerabat bahkan orang tak dikenali jugak akan memberi pesan "maaf onlen". Mudah memang mengetik dan membaca, namun sekiranya kita terkadang sulit memaafkan akibat kurang efektifnya "maaf onlen ini.
Satu hal yang tak bisa dilukiskan oleh "pemberi maaf onlen" yaitu rasa bersalah atas segala hal yang menyakitkan hati. Jika kita bertemu langsung dan saling bertatap muka, maka kita akan dapat menilai seberapa ikhlas orang tersebut meminta maaf dan seberapa dalamnya penyesalan mereka terhadap kesalahan yang pernah di perbuat.
Ekspresi wajah sangat berperan dalam hal ini. Karena si pemberi maaf biasanya meneteskan air mata atas kesalahan yang diperbuat sebagai puncak dari rasa bersalah diri. Berbeda dengan "maaf onlen" kata-kata yang terangkai seringkali berujung pada emoticon bahagia.
Semoga penulis dan para steemian lebih sensitif keadaan. Atas tatapan mata terhadap tulisan saya dan acungan jempolnya berupa vote dari pembaca dan steemian penulis ucapkan terima kasih.
Wassalaam......