Apakah penundaan menjadi juru bicara anda? Menurut Monica Ramirez Basco, Ph.D seorang ahli terapi perilaku kognitif mengatakan bahwa penundaan digambarkan sebagai salah satu cara untuk mengomunikasikan rasa marah anda dan kebutuhan untuk mengendalikan tanpa harus mengucapkan kata-kata itu secara langsung kepada orang lain. Didalam kehidupan manusia saat ini, sering kita mendengar istilah orang berkata “ahh nanti aja deh atau ntar aja deh gue kerjain, sekarang lagi malas” Istilah yang muncul dan kita dengar ini telah menjadi sesuatu yang tidak jarang diucapkan oleh kebanyakan kaum muda bahkan orangtua di era modern ini. Seperti judul diatas yaitu ketika later menjadi never ini sering terjadi dalam kehidupan sekeliling kita. Kita sering kali menunda suatu pekerjaan, apalagi kalau pekerjaan itu kelihatan sangat sederhana sekali, sebagai contoh mengerjakan tugas kuliah atau waktu diminta mengerjakan sesuatu. Sebagai contoh yang lebih sederhana lagi mungkin ketika kita makan atau minum, kita meletakkannya piring atau gelas bekas kita ditempat cucian dan kemudian kita berpikir ahh nanti ajaa deh saya nyucinya. Secara tidak sadar, kata “nanti / later” sudah merangsang kita untuk menjadi malas karena otak manusia sangatlah terbatas dan mungkin kita akan lupa untuk mencuci nya nanti. Atau kita hidup dalam komunitas atau asrama, ketika kita memiliki jadwal piket, mungkin kita berpikir ahh mungkin nanti saja mencuci gelas saya dan tidak sengaja meletakkan gelas kita sendiri di tempat cucian sehingga karena ditunda untuk mencucinya, akhirnya kita juga lupa untuk mencucinya. Dan ketika sudah bukan giliran kita untuk jadwal piket, pasti orang yang memiliki jadwal piket akan sangat perhitungan dan bahkan memiliki kejanggalan karena meninggalkan cuciannya. Hal ini akan menjadi hitung-hitungan dalam komunitas ataupun asrama. Mungkin kita memiliki pikiran bahwa saya akan mencucinya nanti, tapi ketika orang lain ingin mencuci bagiannya sendiri, sangat tidak enak jia tidak sekalian mencuci cucian lain yang ada didepannya, dan ini terjadi mungkin di komunitas, rumah dan asrama.
Kebiasaan sering menunda sesuatu akan membuat kita tidak akan mengerjakannya sama sekali. Dan kebiasaan itu terjadi karena terjadi berulang-ulang. Menurut pengertiannya, “pola perilaku yang diperoleh karena sering terjadi pengulangan atau paparan fisiologis yang menunjukkan dirinya dalam keteraturan atau peningkatan fasilitas kinerja” (Merriam-Webster). Kesimpulannya, kebiasaan terbentuk hanya dengan pengulangan. Entah itu kebiasaan baik atau buruk yang kita lakukan, jika dilakukan dengan cara berulang-ulang maka itu akan menjadi kebiasaan kita. Dalam komunitas gerakan Focolare, Chiara Lubich sebagai pendiri komunitas ini mengatakan kepada semua orang untuk menghidupi saat ini juga (live the present moment), artinya adalah kita dituntut untuk melakukan segala pekerjaan baik itu yang sederhana maupun berat saat ini juga, jangan menunda-nunda pekerjaan. Semakin kita menunda, semakin pekerjaan akan menumpuk dan terasa sangat berat sehingga tidak akan dikerjakan karena terlalu banyak dan lupa pekerjaan mana yang harus dikerjakan.
Menurut berita Shierine Wangsa Wibawa dalam tulisannya di kompastv news, dia menuliskan bahwa untuk mengubah kebiasaan, para peneliti justru menemukan bahwa waktunya bervariasi, antara 18 hingga 254 hari, tergantung pada masing-masing individu, walaupun rata-rata memerlukan waktu 66 hari. Kita bisa melihat hasil dari berbagai sumber lainnya tentang kebiasaan menunda-nunda sesuatu dan itu akan berdampak buruk bagi kehidupan kita. Seorang presiden ketiga amerika serikat juga memberikan gagasanya tentang kebiasaan yaitu “Jangan pernah menunda sampai besok apa yang dapat Anda lakukan hari ini.” Sangat jelas sekali pendapat dari para ahli bahkan dari sumber lain bahwa alangkah baiknya untuk melakukan suatu pekerjaan saat ini juga jika itu bisa dikerjakan saat ini.
Dikehidupan yang serba mudah sekarang ini tentu membuat pola pikir setiap orang juga berbeda. Kemajuan teknologi juga membuat sebuah kebiasaan yang baik menjadi buruk. Banyak kalangan muda yang memiliki semangat tinggi diawal semesternya dikampus dengan maksud akan menyelesaikan studi lebih cepat atau paling tidak tepat waktu. Namun karena kebiasaan buruk untuk menunda-nunda pekerjaan, mungkin saja pekerjaan nya sangat mudah dan sederhana tetapi itu lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Seorang ahli fisika asal amerika serikat bernama Seneca juga berkata bahwa “anda dapat menunda, tepapi waktu tidak”. Ketika kita tidak setia dengan perkara kecil maka akan sangat sulit bagi kita untuk menghadapi perkara yang lebih besar.
Sebagai penutup dari tulisan ini, ada baiknya untuk mefleksikan diri terlebih dahulu apa yang kita lakukan sehingga kita menunda pekerjaan kita. Apakah yang akan kita lakukan tersebut sangat penting sehingga kita harus menundanya? Apakah menunda pekerjaan karena hitung-hitungan kerjaan? Atau mungkin apakah pekerjaan itu tidak saya sukai? Mari kita bersikap dewasa dalam menyikapi hal seperti ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun.