Melewati angka dua puluh enam, mulai berjalan di angka dua puluh tujuh. Di tanggal ini sang pencipta menentukan waktu ku mencicipi aroma dunia.
Entah dengan wajah seperti apa perjanjian hidup bermula. Namun, dengan kesal ku akui kejujuran mengapa di waktu ini aku sadar untuk benar-benar menciptakan dan berkomunikasi dengan-Nya tentang semua hal, semua rasa.
Dunia dengan tanpa batas menguji, menjadikanmu banyak lupa dasar dari semua rasa. Bukankah cukup dengan menerima. Hanya dengan menerima apapun.
Rasa orang lain, emosi setiap orang-orang di takdirmu, semua hal yang mendorongmu memiliki sebuah emosi dan menyimpulkan hal itu dengan emosi yang serupa pula.
The first time, semua hal berjalan dengan tanpa membebani apapun yang berjalan setelahnya. Bersyukur di setiap waktu, dengan memandang jarum di tempat berbeda. Merasa benar-benar hidup dengan segalanya. Memilih tinggal dan memutuskan di mana tempat berakhir semuanya.
"Jangan melakukan apa yang dilakukan orang lain. Hidup saja seperti yang kamu inginkan "(Yoon Yeo Jeong). Kata yang memenuhi otak lima jam sebelum umur berpindah angka.
Ini keputusan akhir. Dan akhir yang benar menjadi dasar untuk berjalan sesuai dengannya.
Bukankah rasa syukur itu berdasar karena benar menurut-Nya?