The Song of Sadness

in love •  7 years ago 

man in the dusk.jpg

I do not think any lover would have made her lover cry over and over again, waiting many times, and hoping for it again and again. It's there, and it's you.

Kupikir, tak ada kekasih mana pun yang tega membuat kekasihnya menangis berkali-kali, menanti berkali-kali, dan berharap berkali-kali. Ternyata ada, dan itu kamu.

You are always shrieking longing, and my ears are buzzing because of it. You always light a candle, then let me watch it go out slowly. Until his body disappeared without a trace. After being eaten illusion and heartbreak.

Kamu yang selalu memekikkan rindu, dan kupingku berdengung-dengung karena itu. Kamu yang selalu menyalakan lilin, lalu membiarkan aku menyaksikannya padam perlahan-lahan. Hingga jasadnya hilang tanpa bekas. Habis dimakan ilusi dan sakit hati.

I think it's time to stop blaming fate. Why blame the wind for the immobility of the leaves that are unmoved?

Kurasa sudah saatnya untuk berhenti menyalahkan takdir. Mangapa harus menyalahkan angin atas kebebalan daun-daun yang bergeming?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Salam manis dari anak baru

Salam sehangat mentari pagi, @mirahhu... sudah saya follow yaaa

Terima kasih kakak senior. Mohon tunjuk ajarnya

sama-sama saling menunjuk ya hhhehe

Hello @ihansunrise! Kami upvote yah..

Hi @puncakbukit thanks yaa.....resteem juga dong heheheh ;-)

Bagus bahasanya. Memekikkan rindu, mengubah suara menjadi rasa. Kata-kata yang diganti membuat kita semakin merasa "saya ikut mengalaminya" bukan hanya membaca postingannya saja... 👍

Begitulah seharusnya puisi @lusanamaya, ia milik semua jiwa dan hati..

Kenapa Anda selalu bisa menulis apa pun dengan bahasa yang membuat saya tak ingin berhenti membacanya, kekayaan dan ketrampilan berbahasa yang luar biasa, saya sangat cemburu, salam saluut :)

Terimakasih atas apresiasinya @dumasari, pun karya-karya Anda....semoga kita bisa bertatap muka untuk menggunjingkan puisi yaaa

Kak Ihan, kalau aku baca ini pas jaman masih jomblo dulu pasti sambil garuk2 tanah :))

Bagus, Kak.

hhhahahaa.... kalau sekarang senyum-senyum aja ya...