Seharusnya, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Menulis sewajibnya bisa menjadi teman di kala jiwa bersitegang dengan harapan yang tak kunjung terwujud. Semestinya menulis bisa lebih romantis, di saat semua yang bernafas sedikit tidak bersahabat. Seyogyanya menulis bisa menjadi relaksasi pikiraan di setiap bentuk masalah yang muncul berdatangan silih berganti tanpa henti. Namun tidak, aku malah berhenti dan membeku.
Sudah beberapa waktu lamanya aku tak pernah menghadirkan karya. Entah itu cerpen, puisi, atau jenis tulisan lainnya.
Apa masih layak orang seperti ini dinamai seorang penulis? Yang menjunjung tinggi nilai aksara, berjuang mengenalkannya pada setiap anak yang masih belepotan ketika minum jus, mengulum permen dan buah semangka.
Apakah masih layak menyangka bahwa dirinya cinta terhadap dunia menulis? Sedangakan, cinta itu harus terbuka, dipeluk di kala sedih, dirangkul di saat bahagia. Kenapa di saat masalah menggunung malah bungkam dan memunggungi cinta itu?
Aku pun hampir saja tidak memiliki jawaban dari setiap pertanyaan yang aku ajukan sendiri.
Semenjak itu, saat kepala hampir pecah dengan segala bentuk kebingungan, akhirnya aku memutuskan untuk lebih menjauh dari menulis. Sengaja, agar aku lebih faham, serindu apa terhadap menulis. Hingga akhirnya, beberapa waktu lamanya, aku benar-benar rindu.
Ya, aku rindu. Sangat rindu menulis, memainkan kata dengan manis. Namun, aku tak serta merta langsung kembali membuka lapotop, klik microsoftword dan mengetik keyboardlalu berfantasi. Tidak. Aku tahan dulu rasa ingin untuk meluapkan kerinduan itu.
Sebelum semuanya terjadi dan terlalu asyik sehingga terulang lagi keadaan seperti dulu. Aku memutuskan untuk bertanya kembali pada diri sendiri.
Untuk apa aku menulis?
Apa untuk sekadar kesenangan sesaat, apa untuk mengejar uang, apa untuk mengais popularitas, apa hanya untuk terlihat intelek, apa hanya untuk ikut meramaikan hati yang semakin sepi. Masih banyak pertanyaan yang kembali sengaja aku jejali pada diri sendiri. Apa bila iya semua itu yang menjadi tujuan utama aku menulis, maka saat itu juga aku akan berhenti permanen dalam segala bentuk niat dan perjuangan dalam menghasilkan sebuah karya.
Aku terdiam seharian, tanpa menyentuhkan pikiran pada satu hal yang bernama kepenulisan. Aku menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Pada akhirnya di sela kesibukanku ada yang berbisik, entah dari sudut hati sebelah mana.
"Writing ... this is my love."
Ya, aku sudah terlanjur cinta menulis. Walaupun aku berbeda dengan Dee lesatari. Di saat hatinya merasa runtuh saat kegemarannya terhadap menulis disebut suatu hal yang tiba-tiba. Namun sekali lagi mungkin aku berbeda. Ya, aku tiba-tiba mencintai menulis. Tiba-tiba setelah begitu penjang perjalananku dalam mengenalnya lebih dekat. Walaupun dulu bercumbu dengannya tanpa hasrat, bermesraan tanpa cinta dan meromantisasi keadaan saat bersamanya tanpa rasa sayang.
Awalnya memang aku tidak begitu gemar menulis. Hanya saja aku berusaha untuk mendekatinya, sekadar ingin mencoba hal-hal baru yang mustahil bisa aku lakukan. Walaupun, setelah beberapa lama mencoba, sebagian karya diakui oleh penulis lain, tapi aku tak menikmatinya. Hanya hati kotorku yang terlalu larut dalam sebuah pujian. Namun, saat ini, hati ini, sungguh kontradiktif dengan keadaan sebelumnya. Aku benar-benar menyukainya. Setelah hampir empat tahun mengenalnya.
Cinta ini akan selalu aku pegang. Berharap tak ada keterikatan, tuntutan dan keterpaksaan dalam merawat cinta itu. Aku akan menulis, tanpa harus memikirkan berbegai macam hal dan cara dalam mengiplikasikan cintanya. Aku akan mecintai dengan apa adanya diriku, keadaanku dan kemampuanku. Ya, aku tak akan mencintai dengan rumit, dengan menyisipkan tujuan terselubung yang menyimpang dari esensi cinta itu.
Dan terakhir, aku ingin berkarya dengan hati. Kini, biarkan aku bercumbu dengan hasrat yang menggebu, biarkan aku bermesraan dengan penuh cinta, dan biarkan aku meromantisasi keadaan saat bersama dengan pelukan kasih sayang. Karena menulis adalah sebuah keabadian.
Di bawah langit Garut yang penuh dengan kesejukan. Muroseva.
Untuk apa aku menulis?
Untuk memberikan sebuah petualan ttg sesuatu yg bisa menyejukan juga menyemangati diri dan hati.
Hehee @mrohmat kerennnn, pagi² baca postingn yg kerennn
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Alhamdulillah, selamat menulis. Terima kasih banyak :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Selamat berkarya dengan hati, Kakak...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih banyak @ammachemist :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
selamat menulis kak
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih banyak @narissa :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Menulis seperti menjadi pengingat untuk diri sendiri.. semangat menulis kak 🤗
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Aku selalu menunggu tulisanmu Bang😊
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Saya belum bisa mengatur waktu untuk selalu hadir hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
menulis caraku menyimpan kenangan bahkan rahasia
hahaaa
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Cieee ok siap hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit