Azan Zuhur sudah berlalu. Aku memasuki sebuah Mersah (Menasah) sederhana di pinggir Kota Takengon, Mersah Syafaat. Disamping pintu masuk, terlihat sebuah sepeda bmx. Di tangga Mersah, ada dua pasang sepatu hitam anak sekolah.
Aku curiga, anak-anak sedang bermain-main di dalam langgar. Sebuah jaket dan tas teronggok diatas sajadah shaf wanita. Kecurigaanku semakin kuat. Anak-anak kecil ini lagi bermain.
Namun betapa terperanjatnya aku, bersamaan rasa kagum dan haru, dua anak ini sedang shalat Zuhur. Seorang anak berbadan lebih besar, menjadi Imam di shaf Iman dan seorang anak lagi jadi makmumnya.
Tegap, keduanya terus shalat berjamaah. Meski si makmum tahu kehadiranku. Ingin sekali rasanya ikut shalat bersama, menjadi makmum. Tapi keduanya masih anak-anak, belum baligh.
Hp yang sudah kumatikan. Kuhidupkan lagi. Momen ini tidak ingin kulewatkan. Aku menunggu kedua lelaki hebat ini selesai shalat. Setelah keduanya selesai, kupandangi wajah keduanya. Kuperkirakan masih kelas satu atau dua.
Aku tersenyum, mereka juga. Dalam hatiku, betapa bangga dan hebatnya orang tua kedua anak ini. Dan betapa bahagianya mereka atas apa yang dilakukan anak-anak ini dibelakang orang tuanya. Akh haru sekali.
Mata kecil keduanya yang suci seperti bertanya, kenapa aku begitu lama terpaku menatap mereka. Sampai kusadari , aku melamun di hadapan dua lelaki perkasa ini. Aku menyalami tangan lembut malaikat ini.
Saat keduanya memakai sepatu, aku menghampiri keduanya. Aku tak ingin momen indah ini cepat berlalu. Kuberikan hadiah yang kupunya. Sebagai tanda bagi keduanya, bahwa yang mereka lakukan tadi adalah sebuah kehebatan. Keperkasaan laki-laki yang sangat kesatria. Allahu Akbar.