The house is a haven for its inhabitants (Bilingual)

in motivation •  6 years ago  (edited)

IMG_20180428_171448.jpg

The house is a haven for its inhabitants

Rumah itu adalah surga bagi penghuninya

The house is physically a shelter from heat, wind, and rain, and a place to rest after a hard day's work to earn a living. Inside the house, family members gather to conduct various routine activities.

Rumah secara fisik adalah tempat berteduh dari panas, angin, dan hujan, serta tempat beristirahat setelah bekerja seharian mencari nafkah. Di dalam rumah, anggota keluarga berkumpul melakukan berbagai kegiatan rutin.

Starting from eating, drinking, cooking, bathing, defecating, chatting, to falling asleep tired and tired. The house is psychologically the place to gain peace, peace, happiness, security, and comfort for its inhabitants.

Mulai dari makan, minum, masak, mandi, buang hajat, mengobrol, hingga tidur melepas penat dan lelah. Rumah secara psikologis merupakan tempat mendapatkan ketenteraman, kedamaian, kebahagiaan, keamanan, dan kenyamanan bagi para penghuninya.

Therefore, many simple homeowners or even bamboo huts are happy. Because, despite the hut but the atmosphere in it is full of cheerfulness, openness, honesty, and shared responsibility.

Karena itu, banyak pemilik rumah sederhana atau bahkan gubuk bambu sekalipun merasa bahagia. Sebab, meskipun gubuk namun suasana di dalamnya penuh dengan keceriaan, keterbukaan, kejujuran, dan tanggung jawab bersama.

Homes in Arabic are called bayt (shelter), daar (place of activity), maskan (quiet place settled), or manzil (transit). These four meanings indicate the actual functioning of the house for the population.

Rumah dalam bahasa Arab disebut dengan bayt (tempat bermalam), daar (tempat beraktivitas), maskan (tempat menetap dengan tenang), atau manzil (tempat persinggahan). Keempat makna ini menunjukkan fungsi rumah seseungguhnya bagi para penghuninya.

In the Qur'an, Allah (SWT) mentions, "And Allah hath made your home as a dwelling." (QS an-Nahl [16]: 80).

Di dalam Alquran, Allah SWT menyebutkan, “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal.’’ (QS an-Nahl [16] : 80).

IMG_20180428_171424.jpg

Ibnu Kathir describes the verse with an explanation that God perfected His love for His servants by making them their home.

Ibnu Katsir menguraikan ayat tersebut dengan penjelasan bahwa Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas hamba-hamba-Nya dengan menjadikan bagi mereka rumah-rumah yang merupakan tempat tinggal mereka.

Thus, they make the home as a place of return and a place to live and a place to get benefits. Therefore, a house for a Muslim may be just a simple bamboo hut.

Sehingga, mereka menjadikan rumah itu sebagai tempat kembali dan berlindung serta tempat mendapatkan berbagai manfaat. Oleh karena itu, rumah bagi seorang Muslim mungkin hanya sebuah gubuk bambu sederhana.

However, at home thank God, happy with the gift, and full of nuances of worship. The members of his family are happy not because they have complete and expensive furniture.

Namun, di dalam rumah itu penuh dengan rasa syukur kepada Allah, ridha dengan pemberian-Nya, serta penuh dengan nuansa ibadah. Para anggota keluarganya merasa bahagia bukan karena mereka memiliki furnitur yang serba lengkap dan mahal.

It is not the treasure that makes happiness arise from the hearts of its inhabitants, but because of their full confidence in their God, making Islam the basis of their lives, and making Muhammad SAW their example.

Bukan harta yang membuat kebahagiaan muncul dari hati para penghuninya, melainkan karena keyakinan penuh mereka kepada Tuhannya, menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan-Nya, serta menempatkan Muhammad SAW sebagai contoh teladan mereka.

Such conditions are revealed from the Prophet Muhammad's house which is physically simple, with a bed resting on palm leaves, no stock of treasures and food.

Keadaan semacam itu terungkap dari rumah Nabi Muhammad yang secara fisik sederhana, dengan tempat tidur beralaskan pelepah kurma, tidak ada persediaan harta dan makanan.

Nevertheless, he mentions the atmosphere in his home with a remarkable expression, "My house is my heaven" (baitii jannatii).

Meski demikian, beliau menyebut suasana dalam rumahnya dengan ungkapan luar biasa, “Rumahku adalah surgaku” (baitii jannatii).

Therefore, repairing the house is important, such as replacing leaking tiles, repainting faded colors, obstructions, and so on. However, far more important than that all is to improve the atmosphere inside the house.

Karena itu, memperbaiki rumah memang penting, seperti mengganti genting yang bocor, mengecat kembali warna yang pudar, memberi pagar pembatas, dan sebagainya. Namun, jauh lebih penting dari itu semua adalah memperbaiki suasana di dalam rumah.

IMG_20180428_171356.jpg

How to improve the atmosphere, among others by blowing the nuances of worship, renovating the habits of the population to be honest and open, and patch up bad traits with a variety of goodness. Insha Allah.

Cara memperbaiki suasana tersebut, di antaranya dengan mengembuskan nuansa ibadah, merenovasi kebiasaan para penghuninya untuk saling jujur dan terbuka, serta menambal sifat-sifat buruk dengan berbagai kebaikan. Insya Allah.

By: @princessbalqis

SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA

U5drfyNmA8TWhECkLgPLkTr19ytv1H3_1680x8400.jpeg

DQmSqXszf73R9o9zcx4dTFD6wFWUuVWk87nmGo7ERxDSqjJ_1680x8400.png

FOLLOW - UPVOTE - RESTEEM

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!