Ini cerita sore lalu. Seperti biasa setiap hari kamis kegiatan di tempat kerja adalah Clean Up. Di sini, teman-teman pecandu narkoba melakukan pembersihan seisi rumah. Luar hingga dalam rumah. Dari pagi sampai sore hari.
Setengah 4 sore kita istirahat sambil menikmati kuliner penutup Clean Up. Usai kegiatan, saya langsung cap-cus masuk ke office. Duduk manis di depan laptop dan mulai mengetik. Tulisan ini kupaksakan ketik agar punya satu postingan di blog. Kebiasaan saya selalu begini, diam-diam menulis. Karena kalau ketahuan, setelah satu, bakal ada dua pertanyaan dari si Bos.
Tiba-tiba Bang Aa datang ke kantor kami dengan seseorang yang saya sebut si tampan. Nah, Bang Aa ini seorang konselor Adiksi juga, kita cuma beda tempat kerja. Awalnya saya cuek, karena Bang Aa pun sudah sering ke kantor. Hehe
Setelah mendengat azan Ashar, saya bergegas ke WC belakang untuk berwudhu. Ini WC apa kamar mandi, ya. karena ada tempat wudhunya juga. Hihi.. Saat itu otak saya masih dipenuhi dengan kata-kata yang mau ku tulis lagi. Sambil membaguskan posisi jilbab, tiba-tiba seseorang hampiri dari balik tembok.
“Eh, lagi pakai jilbab, ya. izin ya mau ke WC?” tanya di pria tampan itu.
“Hmm, iya,” Saat itu posisi jilbab masih belum benar dan tangan pun masih terlihat auratnya. Jadi kupalingkan tubuh tanpa melihat ke arahnya.
Tiba di office, pertanyaanku cukup penasaran kepada sosok itu, “Kak Mea, itu si QQ ya?”
“Yang pergi sama Bang Aa tadi? Bukan, itu klien mereka rawat jalan.”
Bercakapannya berlalu begitu saja. Usai menunaikan shalat, saya lanjut kembali menyusun kosa kata. Bermain jemari yang sudah mulai lincah. Mengabaikan bisikan suara tertawa mereka.
“Kak Mea yang mana, ya?” di balik pintu, si QQ ke office.
Si tampan berlalu, Kak Mea membuka pembicaraan yang buat saya juga ikutan nimbrung. “Eh, Tin. Tampan kali dia, kan?”
“Kak, dia pecandu aktif? Ganja atau sabu-sabu, kak?” tanyaku lagi penasaran.
Beberapa menit kemudian, Bang Aa masuk dan ikutan menjelaskan mengenai siapa si Tampan ini. Alhasil, ternyata dia adalah seorang mahasiswa kedokteran. Lagi koas tapi putus dipenghujung karena terlalu banyak makek. Anak orang kaya. Sekarang lagi rawat jalan meskipun masih sulit untuk berhenti katanya. Tapi kita coba saja dulu, kalau tidak berhasil, berarti harus segera rawat inap.
“Kok gak kelihatan kayak pemakek, ya Bang?”
“sekarang susah kita kenali yang mana pecandu aktif dan bukan. kalau yang kurus kering itu biasanya sudah makek di atas 5 tahun. Kalau kayak Si Tampan baru dua tahunan gitu.”
Terhenyuk mendengarnya. Tampan, kuliahnya bagus. Anak orang kaya. Tapi berhujung ke narkoba. Sekarang kehidupannya mulai berantakan. Masalah terus muncul. Orang tuanya pasti lelah.
Ini bukan kali pertama bagi saya. Bahkan satu periode bulan lalu, tempat rehabilitasi kita dipenuhi oleh mereka, anak pejabat, orang berduit lebih, pegawai, pengusaha, sebagian umurnya tidak jauh berbeda dengan saya, dan juga tampan. Namun, hidup mereka sudah terkendali oleh narkoba. Makanya penyerahan diri berakhir ke sini.
Sayangnya, jika tidak serius dalam merawat pemulihan. Mereka collapse. Dan relapse. Ini yang terjadi saat ini. Karena tidak ada satu pun program yang cocok bagi seorang pecandu, kecuali mereka yang serius menjalankan program.
Untung kami ga tampan kayak si tampan, jadi ga bakalan ketemu Kak Tina di tempat rehabilitasi itu. Kwkwkwkwkwkw...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahaha... Tapi ketemunya di tempat lain ya bg
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit