Tidak ada habisnya apabila kita membahas mengenai barang haram ini (baca: narkoba). Sejak saya kecil hingga sekarang usia saya sudah hampir menginjak 28 tahun, pembahasan mengenai narkoba tak kunjung usai. Selalu dan selalu, penjahat yang statusnya baik sebagai pecandu maupun sebagai pengedar, tertangkap setiap harinya. Kendati banyak yang tertangkap, namun penggunaan narkoba bukannya semakin sempit ruang lingkupnya, justru semakin luas.
Sewaktu saya kecil, di tempat tinggal saya belum ditemukan para pengguna narkoba, pengedar, dan gerombolan-gerombolan lainnya. Namun saat ini, baru-baru saya dengar ada pengedar narkoba yang tertangkap polisi, dan tidak lain orang itu adalah tetangga dekat saya sendiri. Oh begitu, rumah mewah dan mobil yang berjejer, ternyata setelah diusut, sebagian dana pembeliannya didapat dari bisnis laknat ini.
Benarkah si pengedar bisa mendapatkan rumah dan mobil mewah? Oiya benar sekali, saya percaya akan hal itu. Sering saya mendengar berita penangkapan pengedar narkoba, dan apabila saya dengarkan ceritanya lebih jauh, maka terungkap bahwa penghasilannya bisa jutaan bahkan puluhan juta dalam sekali kedip. Jika satu butir pil ekstasi dijual dengan harga tidak kurang dari Rp. 100.000, maka seorang yang berhasil menjual 10 saja, sudah mampu menghasilkan uang Rp. 1000.000 bukan?
Itu baru penjualan skala kecil, bagaimana dengan skala besarnya? Puluhan juta setiap penjualan bisa masuk ke kantong gembong narkoba. Saya juga pernah membayangkan bagaimana jika seseorang bahkan sampai mempunyai sebuah pabrik untuk memproduksi narkoba, tentulah omsetnya sangat-sangat menggiurkan. Apalagi, tidak ada (belum ada) hukuman mati di Indonesia terkait dengan gembong yang sudah melakukan kejahatan narkoba kelas berat. Terakhir ada insiden Bali Nine dimana dua warna negara Internasional dinyatakan dihukum mati, ah sudahlah, bahkan kita, masyarakat Indonesia tidak bisa melihat jelas bagaimana rupanya si mayat hasil dari penembakan mati itu. Entah benar entah tidak. Namun berbeda kejadiannya dengan sang pengebom bali yang dihukum mati, kita dengan jelas melihat wajah sang "teroris" setelah dihilangkan nyawanya.
Oke kembali lagi ke bisnis narkoba. Kalau saya si tidak mau menyentuh bisnis ini. Oh, baik saya akan realistis dan melihatnya bukan perkara haram atau tidak. Menurut saya, bisnis narkoba adalah bisnis yang kurang sustainable. Bukan bisnis jangka panjang, bahkan umurnya kalah dengan bisnis asongan di bus dan di terminal. Adalah bodoh para pebisnis yang mau terjun ke dalam area ini. Coba bayangkan, ada bisnis narkoba yang baru berjalan beberapa tahun, beberapa bulan, dan bahkan beberapa hari, eh sudah tertangkap polisi. Narkobanya disita, pelaku bisnisnya dipenjara. Dimana labanya?
Bandingkan dengan bisnis asongan, di sebuah tempat pemberhentian bus, saya selalu bertemu dengan pedagang asongan yang sama. Melalui kotak asongan yang sudah digunakan selama bertahun-tahun, ia bisa membiayai kebutuhan keluarga, menyekolahkan anak, dan aman dari risiko-risiko buruk layaknya pebisnis narkoba tadi. Oke saya paham, bisnis asongan mungkin tidak dapat sebesar narkoba pendapatannya. Jaraknya bisa begitu jauh, bisa 10 bahkan 100 kali lipat di bawah bisnis obat-obatan terlarang itu.
Tetapi menurut saya, bisnis yang baik itu bukan hanya besar hasil tangkapannya, namun sustainable (bisa dipertahankan) hasilnya. Seorang pedagang asongan yang bisa mendapatkan keuntungan bersih sebesar 100 ribu perhari, apabila ia bisa mempertahankannya selama bertahun-tahun bahkan belasan tahun, menurut saya jauh, jauh, dan jauh lebih baik ketimbang pebisnis narkoba yang sanggup meraup untung 10 juta sehari, namun pada akhirnya dihukum belasan tahun di penjara.
Inilah kebodohan mereka, hanya memikirkan keuntungan sesaat, tanpa bisa mencium peluang masa depan!
Mereka bisa mendapatkan 10 juta hari ini, namun bagaimana dengan esok? Bagaimana bila kepala mereka ditembak polisi? Bagaimana nasib keluarga mereka jika mereka dipenjara atau mati? Mereka tidak peduli tentang hal itu. Sekali lagi saya katakan bahwa sebodoh-bodohnya bisnis adalah narkoba, karena tidak dapat dipertahankan masa depannya, bahkan dalam hitungan hari. Inilah bisnis para pecundang, dan akibat negatifnya? Sangat-sangat buruk.
Dunia masuk penjara ,akhirat masuk neraka, jangan coba2, postingan jroh,, sukses selalu @nasrullahsagai
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thanks aduen... cuman hasil copas dr googling.. robot masuk..🤣🤣🤣🤣
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.kelasindonesia.com/2015/07/artikel-kritik-tentang-narkoba-terbaru.html
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
I just copy this inspiration for everyone read the artikel...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit