Menggoda Kenikmatan Nasi Kapau Khas Sumatera Barat

in nasi •  7 years ago 

20150811123930.jpg

Kelezatan nasi kapau sudah tidak diragukan lagi mampu menggugah selera makan dan kesannya setelah itu akan melekat bertahun-tahun. Racikan bumbu-bumbunya yang pas membuat penggemarnya makan PAKE TAMBO alias minta nambah. Disajikan dengan cara yang sederhana, di warung-warung tradisional di Los Lambung Bukittingi, pembeli bisa langsung memilih lauk-pauk apa yang disukai yang terhampar di hadapan mereka dalam panci-panci besar berisi “samba”(lauk-pauk) yang umumnya bersantan dalam bentuk kuah gulai serta tentunya dengan sambal pedas goreng-gorengan balado. Dengan telaten segera pemilik warung mengambilkan seporsi nasi putih biasa yang dilengkapi dengan lauk pauk dari panci-panci berisi samba tersebut dengan sendok kayu dari tempurung kelapa yang bertangkai panjang sehingga apapun jenis lauk yang diminta pembeli ada dalam jangkauannya. Dan ketika makan, si pembeli langsung duduk bertatapan muka dengan “samba” dengan formasi duduk membentuk huruf U ini. Dan tak jarang pembeli langsung larut dalam hening menikmati nasi kapau dengan lahap sembari terus menggoyang lidah.

Tak banyak yang tahu sejak kapan persisnya usaha nasi kapau ini mulai dikomersilkan. Menurut tetua kampung dulu sejak zaman bergolak penjajahan Belanda pun sudah ada yang berjualan nasi kapau. Nasi kapau dijual secara sederhana sekali yang digendong dalam bakul dan diangkut dengan kereta api (yang kini tidak aktif lagi) ke pusat keramaian pada waktu itu. Dari beberapa nama terkenal yang mengelola bisnis nasi kapau ini seperti nasi kapau Uni Lis, Ni Lis, Uni Icah, bahkan Rindu Alam yang terdapat di tanah rantau sekalipun tidak bisa memberikan kepastian sejak kapan sejarah nasi kapau itu dimulai. Karena merekapun merupakan generasi ke sekian dari nasi kapau yang sudah diwarisan keluarga mereka secara turun temurun ini. Kapau sendiri merupakan nama dari sebuah Kenagarian di Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam yang diambil dari nama sebuah bukit di daerah Baso, bukit Kapau, yang merupakan negeri asal leluhur orang kapau. Kenagarian ini terletak sekitar 5 km dari pusat kota Bukittingi atau sekitar 15 menit perjalanan berkendaraan.

Nasi Kapau memang unik. Tidak hanya dari segi namanya saja, melainkan juga dari tampilan rasa serta menu lauk-pauk yang disajikan. Sedikitnya ada 15 menu lauk pauk hadir setiap harinya. Gulai tambunsu, gulai tunjang, samba itiak lado mudo, goreng belut, dendeng balado merupakan beberapa yang digemari di antaranya. Sayuran yang digunakan adalah berupa pucuk ubi, kol, kacang panjang yang juga dimasak dengan kuah gulai kapau. Memang sedikit sulit membedakannya dari masakan Padang yang secara umum dikenal. Tapi dari kualitas rasa, nasi kapau tampil beda. Hal inipun diakui jujur oleh pelanggan nasi kapau. Dalam nasi kapau, lauk pauknya dimasak dengan bumbu-bumbu alami yang dibuat langsung dari bahan-bahan segar langsung pada hari itu juga. Tidak ada bumbu pemasak olahan pabrik yang ditambahkan ataupun bahan pengawet kimiawi lainnya yang dicampurkan.

Semuanya serba alami. Kekuatan rasanya muncul dari bahan-bahan seperti bawang merah, dasun (bawah putih), cabe segar, jahe, lengkuwas, kunyit sebagai pewarna kuning (ciri khas warna nasi kapau), kemiri sebagai pengental kuah, dan tentunya garam, serta beberapa bumbu pelengkap bahan utama lainnya. Semua bersatu padu dalam racikan yang diwariskan turun-temurun yang ditumbuk dalam lasuang (tempat penghancur bumbu). Dalam proses pemasakannya, semua bahan dimasak dengan menggunakan tungku berbahan bakar kayu api dan disangai dalam kuali besi dengan api kecil. Makin lama disangai, rasanya makin enak. Ini adalah suatu persyaratan utama agar rasa dan aroma alami dari bahan tersebut keluar dengan sempurna. Dan yang menarik dari pewarisan resep ini adalah bahwa antara keluarga yang satu dengan lain meskipun satu kampung tetap memiliki cita rasa yang beda. Setiap tangan memiliki “kekuatannya” sendiri. Tidak ada standar baku ataupun timbangan khusus untuk menakar berapa banyak bahan yang dibutuhkan. Semua terekam di kepala, dikontrol oleh cerapan indera (rasa, aroma, tampilan fisik), dan tentunya dengan hati dan perasaan, suatu variabel yang sangat subjektif dan personal.

Dalam satu hari setidaknya sebuah usaha nasi kapau menghabiskan modal sedikitnya sekitar satu juta rupiah. Itupun sangat tergantung pada kondisi pasar. Biasanya dalam sehari omzet yang didapat bisa mencapai 1,5-2 juta rupiah. Pada akhir pekan atau hari libur jumlah itu bisa meningkat. Keuntungan yang didapatpun lumayan menjanjikan dalam artian bisa menjadi tulang punggung perekonomian keluarga. Dari pukul tujuh pagi hingga pukul lima sore, denyut penjualan nasi kapau selalu berdetak. Persaingan sehatpun terjadi antar tetangga sekampung di dalam pasar.

Akhir kata, kalau lagi berwisata ke Bukit Tinggi, selain menikmata keramaian Jam Gadang kita juga bisa berjalan sedikit ke arah pasar dan menikmati kelezatan dan kekhasan kuliner nusantara ini.

20150811123954.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Asik

Mkasih rakan