Negeri Besar ? "Masyarakat Hidup di Bawah keterpurukan"

Kemiskinan adalah kata-kata yang sudah lekat bagi bangsa ini. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang apalagi sejak terhempas dengan pukulah krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun 1997 ketika trasisi era jaman suharto. Kemiskinan sering kali dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang kompleks dan multidimensi. Rendahnya tingkat kehidupan yang sering sebagai alat ukur kemiskinan pada hakikatnya merupakan salah satu mata rantai dari munculnya lingkaran kemiskinan.
Negeri ini sering kali menangis ketika masyarakatnya harus hidup di bawah garis kemiskinan dengan lapangan pekerjaan yang tak menentu, baru-baru indonesia di buat terpaku dan tak berdaya karna saudara-saudar kita di senanjung merauke papua mengalami gizi buruk akiban kekurang makanan, Bukan sedikit yang menjadi korban akiban gizi buruk yang mereka alami kemanan orang tua yang duduk di parlemen mereka kelaparan jangan asing mereka dari negeri ini karna mereka bagian dari terciptanya republik ini. Persoalanya ada pada pemerintah yang perlu mensosialisasikan ke seluruh pelosok negeri ini mereka yang hidup di perdalaman apakah mereka mendapatkan hak yang layak seperti mereka yang hidup di perkotaan, ada masyarakat yang sampai saat ini belum merasakan terangnya listrik, halusnya jalan diperdalaman dan lengkapnya fasilitas yang bisa membatu masyarakat dalam kesulitan seperti tenaga kedoktora, guru sehingga mereka tidak buta akan huruf di masa depan.

Belum lagi kita simpulkan masalah korupsi yang menjadi permasalah utama di negeri ini penyebab terciptanya kemiskinan di negeri ini dan juga permasalahan pemasokan tenaga kerja asing yang selama ini selalu biperbincangkan di kalangan masyarakat, karena negeri ini masih banyak masyarakat yang boleh kita bilang dibawah garis kemiskinan dan keterpurukan lapangan kerja atau sempitnya lapangan kerja bagi penghuni negeri ini, ribuan mahasiswa di indonesia tiap tahun menjadi pengangguran hanya 8% dari mereka yang mendapat lapangan perkerjaan, haruskah negeri ini menjadi penonton di negeri sendiri sedangkan mereka yang mendapatkan hasilnya (asing).