Hari ini kami mengikuti upacara bendera 17 Agustus 2019 di lapangan Universitas Malikussaleh kampus Reuleut. Berbeda dengan upacara tahun yang lalu, upacara kali ini berlangsung menarik dan unik, karena kali ini para pejabat mengenakan pakaian adat dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia, mulai dari pakaian Aceh, pakaian adat Irian Jaya, Adat Batak, Melayu, dan lain-lain.
Upacara kali ini jadi terlihat penuh warna dan lebih lagi didukung oleh cuaca yang cukup cerah dan panas, karena hanya sedikit awan di langit. Entah disengaja Rektor Unimal Doktor Herman Fithra, kompak dengan para mantan rektor sebelumnya seperti Prof. Apridar dan Prof A. Hadi Arifin mengenakan pakaian adat Aceh. Didampingi para pejabat dengan Unimal lainnya yang mengenakan pakaian adat terlihat cukup bersemangat walau cuaca lumayan panas, mereka tampil elegan dengan baju daerah yang dikenakannya.
Acara berlangsung di bawah panduan protokol Hadi, yang juga mengenakan pakaian adat. Seperti tahun yang lalu, rangkaian urutan acara berlangsung sama, diisi dengan menaikkan bendera merah putih, yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh paduan suara UKM seni unimal, pembacaan naskah Pancasila oleh Rektor, pembacaan teks proklamasi, dan pembacaan pembukaan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 oleh petugas yang ditunjuk.
Selanjutnya Rektor membacakan sambutan menteri Ristek dan Teknologi dan ditutup dengan penjelasan tentang jargon baru unimal yaitu “unimal hebat”. Menurut Rektor jargon ini adalah penyemangat bagi warga unimal untuk meraih kejayaan di masa yang akan datang. Jargon ini dibuat bersumber dari sila-sila yang terdapat pada Pancasila.
Rektor menambahkan ibarat dengan jari-jari tangan jumlah dosen unimal yang 700 lebih bila bekerjasama menggenggam maka kekuatan tersebut menjadi modal unimal di masa yang akan datang untuk menghasilkan kinerja yang membawa kepada unimal hebat.
Usai penyampaian sambutan dari Rektor kegiatan 17-an di unimal diisi dengan Parade baju daerah yang dibawakan oleh para pejabat unimal dan dinilai oleh para hadirin yang terdiri dari dosen pegawai dan mahasiswa.
Sebagai tambahan bahwa pelaksanaan penaikan bendera sang merah putih berlangsung sangat baik laksanakan oleh Menwa Universitas Malikussaleh. Acara dilanjutkan dengan dengan foto bersama antar peserta upacara dan Rektor, juga antar pejabat mahasiswa dan hadirin yang ingin menoreh hari bersejarah yang sangat unik dan menarik ini.
Bagaimana tidak, di tahun-tahun yang lalu kita hanya melihat anak-anak sekolah saja yang mengenakan baju adat daerah, surprise pada hari ini kita melihat justru para pejabat yang mengenakan pakaian adat.
Selesai foto bersama, berbagai lomba pun dilaksanakan di lapangan unimal reuleut, seperti lomba lari karung, lari membawa balon, dan yang paling unik adalah lomba meng kukur kelapa oleh para dosen pria, dimana seperti yang kita tahu, bahwa meng kukur kelapa biasanya dilakukan oleh para ibu-ibu. Kukur kelapa ini tidak dilakukan dengan mesin tetapi dilakukan manual dengan tangan dan alat kukuran kelapa tradisional.
Antusias hadirin dapat kita lihat dari para peserta upacara yang sibuk berfoto selfie dengan para pejabat yang mengenakan pakaian adat, dan cukup lucu juga karena tokoh-tokoh yang biasanya berpakaian resmi kampus kali ini berpakaian adat.
Uniknya ada yang mengenakan baju adat Irian Jaya, pakaian Bali, yang sudah disesuaikan dengan kondisi Daerah Istimewa Aceh yang bersyariat Islam.
Namun ada harapan yang ingin kita dapati dari hasil kegiatan ini, sikap peserta yang menerima kebhinekaan di Indonesia ini, juga nanti teraplikasi dari pemerintah yang memberikan kehidupan yang berkeadilan sosial bagi masyarakat, membawa bangsa ini kedalam kemakmuran yang nyata.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!