Ketika kita berbicara tentang aceh, pasti yang terbesit di pikiran kita adalah agama dan kentalnya masyarakat aceh terhadap agama. Aceh merupakan satu-satunya provinsi di indonesia yang menerapkan ideologi islam, sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam aspek sosial, budaya, serta adat istiadatnya. Sehingga aceh dijuluki nama keislamanya serambi mekah.
Namun dalam kehidupan masyarakat aceh sekarang, banyak terjadi pergeseran norma-norma serta budaya adat istiadatnya. Sebagiamana dengan slogan yang berazazkan islam yang sering kita dengar “ Adat bak Poteumeureuhom Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Pruto Phang Reusam Bak Bintara” “Adat deungon Hukom lage Zat ngon sifeut.
Tetapi sangat disayangkan, sekarang semua itu sudah dikesampingkan dalam kehidupan bermasyarakat. Pengaruh budaya luar sangat merajai aceh untuk sekarang ini, para pemudi aceh sudah terkontaminasi, sehingga secara tidak langsung meninggalkan identitas aceh yang sebenarnya. Dan lebih condrung mengikuti budaya luar yang justru bertentangan dengan budaya dan adat istiadat aceh sendiri.
Sangat banyak fenomena-fenomena yang terjadi di dalam masyarakat aceh yang bertentangan dengan budaya dan adat istiadat dan syariat islam. Seperti misalnya, perempuan yang sudah mulai duduk bergabung dengan laki-laki di warung kopi ketawa ketiwi tampa melihat orang di sekitar, bahkan sampai tengah malam, serta mempertotonkan auratnya di muka umum tampa ada rasa malu sedikitpun, seolah-olah orang tak ada disekitarnya.
Wanita aceh telah larut dalam era globalisasi ini, yang terus menggerus jati diri mereka selaku orang aceh. Pemuda aceh bahkan tidak bangga lagi terhadap budayanya dan cendrung lebih bangga dengan budaya-budaya luar yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat islam di aceh.
Coba kita renungkan sejenak, bagaimana nasib budaya dan adat istiadat kita yang telah kita bangun dari pada leluhur yang menjadi landasan bermasyarakat. Seiring berjalan waktu semua akan hilang di telan zaman. Sehingga generasi aceh akan hilang identitas diri, dan terjerumus ke dalam kehidupan yang bertentangan dengan budaya, dan adat istiadat aceh itu sendiri, terutama agama islam.
Sungguh disayangkan jika hal tersebut terjadi, kita aceh yang dikenal akan syariat islam harus ternodai dengan hilangnya etika, moral di pemuda aceh, bahkan kita tidak ada bedanya dengan binatang. Pergeseran-pergeseran tersebut sudah mulai terlihat. Kita bisa melihatnya sekarang anak sekolah dasar sudah mulai berpacaran bahkan sampai pacaran yang melebihi batas orang dewasa. Dan juga berita-berita yang sering muncul di aceh, pemerkosaan, pencabulan dan penganiayaan, rata-rata dilakukan oleh kalangan remaja.
Entahlah apa jadinya jika aceh terus dibiarkan seperti ini, saya sendiri hanya bisa berdoa kepada Allah semoga aceh kembali khlayaknya masa dahulu yang masih bangga akan budaya, adat istiadat dan syariat islamnya.