Memperpanjang Libur Sekolah Bukan Jalan Keluar, Tapi Keluar Jalan
Kasut kusut pemberitaan di media kalau libur sekolah akibat covid-19 di perpanjang lagi. Hal ini mulai jadi pembicaraan. Baik kalangan guru dan orangtua. Banyak kalangan orangtua protes. Banyak juga kalangan guru swasta seperti ingin protes. Tapi mudah-mudahan tulisan saya kali ini mewakili seluruh guru swasta yang protes kalau sekolah di perpanjang kembali.
Jujur, ini bukan tidak percaya kalau ada virus corona. Kita sepakat percaya dengan perubahan prilaku kita terhadap kesehatan dan kebersihan. Sekarang semua orang punya masker minimal 5 masker. Juga sudah terbiasa cuci tangan. Konon ada salah satu sahabat saya mengatakan. Corona ini akan tetap hidup selama media tetap eksis memberitakan. corona akan kehilangan kepamorannya bila media berhenti memberitakannya. Jadi corona akan hilang bersama hilangnya media. Apalagi masyarakat mulai jenuh dengan berita corona. Kita lihat saja, ada pasien yang positif, tiba-tiba negatif, lalu positif kembali. Apa macam itu penyakit. Udah seperti orang main moh moh(mainan anak-anak).
Kepada al-khususan pemangku jabatan. Saya sarankan sekolah sudah cukup diliburkan. Karena memperpanjang libur lagi tidak masuk akal. Apalagi kawasan zona hijau. Memperpanjang libur sekolah tidak masuk akal lagi. Pasar sudah di buka, cafe sudah dibuka, tempat wisata dibuka. Semua tempat itu rame pengunjung. Kenapa sekolah di tutup? Ada apa ini?. Yang penting sekolah tetap mematuhi protokol kesehatan.
Libur di perpanjang, tapi tempat keramaian lain dibuka, terminal dibuka, stasiun di buka, bandara di buka. Ancaman pendidikan sama-sama mengerikan dengan ancaman ekonomi. Moral bangsa ini akan hilang. Kalau orangtua mampu dan menjaga mendidik anaknya. Bagi orangtua yang harus bekerja pagi sampai siang? Siapa yang mendidik mereka dirumah?. Akhirnya para pelajar berkeliaran di luar rumah, dipasar, di cafe, di fund land, di tempat hiburannya lainya. Ini tanggungjawab siapa?.
Seharusnya sekolah secepatnya di buka. Jangan di perpanjang lagi. Jangan sampai masyarakat mengira corona ini proyek orang-orang tertentu. Saya sampai sekarang belum percaya corona ini proyek. Gak tau kedepan. Saya juga prihatin dengan keadaan orangtua saat ini. Kalau belajar dilanjutkan di rumah. Sayang orangtuanya harus menjadi guru dadakan berbulan-bulan. Kalau anaknya ada empat. Contohnya dua orang SD, satu SMP dan satu SMA. Harus mendampingi belajar ke empat anaknya setiap pagi. Membuat tugas sekolah. Ini penyiksaan!. Bagaimana kalau orangtua yang tidak tau pakai komputer? Tidak tau pakai android? Ya rahman. Gak kenak corona, tapi cepat kenak stroke itu orangtuanya.
Belum lagi bagi guru-guru swasta yang dirumahkan. karena sekolah libur di perpanjang lagi. Banyak gaji guru swasta di stop sementara. Sayang mereka ada keluarga yang butuh makan. Hal ini semoga menjadi pertimbangan bagi pemerintah. Bagaimana mengambil keputusan dengan bijak.
Aneh memang, seperti di aceh, pendidikan dayah dan pesantren tradional sudah aktif kembali. Tergantung kyainya atau pimpinannya. Sedangkan sekolah, pesantren modern dan dayah modern di bawah dinas pendidikan dan kemenag tidak boleh dibuka. Saya sudah jungkir balik belum menemukan jawabannya. Akhir saya berfikir bagaimana kalau semua sekolah dan pesantren melepaskan diri dari dinas pendidikan dan kemenag. Jadi sekolah atau pesantren tradisional semua aja. Ah itu mustahil.
Cuma mau bilang. Supaya kembali normal mari kita sekolah tanggal 13 juli ini. Jangan masyarakat semakin liar pemikirannya. Perketat orang-orang masuk ke daerah. Karena yang bawa virus orang luar. Memperpanjang libur sekolah bukan solusi terbaik. Saya pertegas mempenjang libur sekolah bukan JALAN KELUAR, TAPI KELUAR JALAN.
Rizki Dasilva
Kepsek SDIT Muhammadiyah Bireuen