Hilangnya Tanggung Jawab Moral Dari "seorang" Pendidik

in pendidikan •  7 years ago 

moral pendidikan.png

Tawuran, pertikaian dan perkelahian merupakan salah satu jalan atau langkah yang dapat diambail dan dilakukan oleh sekelompok manusia dalam menyelesaikan berbagai macam persoalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai akibat dasarnya adalah aktifitas manusia itu sendiri. Dimana dalam aktifitas tersebut terjadi banyak perselisihan dan perbedaan karena memiliki tujuan yang berbeda antara masing-masing individu atau masing-masing kelompok yang ada dalam sebuah wilayah.

Tawuran, pertikaian dan perkelahian biasanya merupakan jalan atau cara yang diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki pendidikan dimana ilmu dan pengetahuannya masih kurang, sehingga tidak banyak mendukungnya dalam mengambil jalan atau cara yang lebih damai atau lewat perundingan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Sehinga orang-orang yang demikian yang mananya tawuran, pertikaian dan perkelahian merupakan sebuah jawaban karena mereka tidak dapat berfikir secara logis yang disebabkab tidak ada ilmu dan pengetahuan yang menuntun mereka sehingga musyawarah tidak dapat dihadirkan untuk menyelesaikan masalah dan perbedaan yang ada itu.

Karena tawuran, pertikaian dan perkelahian merupakan langkah atau cara yang sama sekali tidak mencermikan kebaikan dan kemanusiaan tentu hal ini harus dihentikan sehingga tidak menjadi sebuah kebiasaan yang pada akhirnya bisa membudaya. Kemudian lagi jika yang namanya tawuran, pertikaian dan perkelahian terus berkembang dan berlanjut tentu cita-cita untuk menciptakan kesatuan dan persatuan akan sulit untuk diwujudkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Karena manusia adalah mahluk yangdibekali dengan akal dan pikiran, tentu kedua hal ini bisa digunakan untuk mencari jalan dan acara dalam menghentikan tawuran, pertikaian dan perkelahian tersebut dengan cara mengembangkan kedua unsur tersebut yaitu akan dan pikiran dengan jalan proses pendidikan. Proses pendidikan tentu untuk mengembangkan kemampuan akal dalam mencari jawaban dari sebuah permasalahan dan juga mengembangkan pikiran untuk memustukan sebuat tidakan yang akan diambil logis atau tidak. Dan pada pendidikan dianggap sebuah jalan dan cara untuk menghentikan cara mengambil keputusan untuk menyelesaikan sebuah permasalah dengan cara tawuran, pertikaian dan perkelahian.

Seiring dengan berjalnnya waktu, orang-orang yang berpendidikan selalu diagung-agungkan karena mereka dianggap orang-orang yang memiliki ilmu dan pengetahuan serta wawasan yang luas, sehingga mereka selalu dianggap orang-orang yang mempu menyelesaikan masalah dengan jalan dan cara-cara yang baik atau dengan cara-cara yang damai tidak akan pernah menggunakan cara-cara anarkis atau kekerasan.

Namun menjadi sangat ironi dan menyedihan jikan tawuran, pertikaian dan perkelahian dilakukan oleh para intelektuan orang-orang yang melakukan dan menjalankan proses pendidikan dimana mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu yang cukup disatu sisi dan disisi yang lain mereka juga dibekali dengan pengetahuan dan wawasan yang luas pula. dumana kedua hal tersebut yaitu ilmu dan pengetahuan merupakan pondasi atau dasar dalam melahirkan musyarawah dan perudingan untuk meyelesaikan semua persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Dan ini jugalah yang menjadi tujuan utama dari dijalankanya proses pendidikan.

Tawuran, pertikaian dan perkelahian antar siswa bukanlah sesuatu yang langkan terjadi dan bukan juga sebuah berita yang bisa menggemparkan bila kita mendengarkannya. Bahkan tindakan ini sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan bukan tidak ada yang sampai memakan korban jiwa. Mereka menyerang, mengkeroyok dan memukul orang-orang yang sebenarnya adalah teman atau sahabat mereka sendiri tetapi hanya karena tidak sepaham dan sependapat saja dengan kelompok mereka orang-orang tersebut diberlakukan seperti musuh. Dalam setiap tawuran, pertikaian dan perkelahian selalu ditampilkan kegarangan, rasa hebat, rasa marah, angkuh hal ini jelas mereka ingin menunjukan kepada lawan mereka bahwa jangan coba-coba melawan kami atau jangan sekali-kali menolok keputusan kami.

Yang menjadi pertanyaannya sekarang, dimana letak ilmu dan pengetahuan yang selama ini mereka serap dan mereka terima dari sekolah-sekolah tempat mereka melakukan serta menjalankan proses pendidikan ?. Apakan ilmu hanya ada diruangan kelas saja, setelah keluar dari rungan kelas ilmu itu hilang dan kita kembali menjadi binatang yang ganas dengan menggunakan hukum rimba ?. Atau ilmu dan pengetahuan itu hanya memiliki tempat dan fungsi dalam hal mencari uang, pangkat dan kedudukan saja, akan tetapi dalam hal pergaulan dan meyelesaian masalah dalam hidup ilmu menjadi kehilangan tempatnya dan tidak lagi memiliki berfungsi dan peran ?. Atau apakah ilmu dan pengetahuan tersebut digunakan untuk membuat atau menyusun sebuah strategi yang digunakan dalam tawuran, pertikaian dan perkelahian ?. Atau jangan-jangan ilmu dan pengetahuan tersebutlah yang melahirkan dan menciptakan keangkuhan dan kesombongan sehingga menganggap manusia yang lain lebih rendah dan lebih hina dari dirinya ?

moral pendidikan 2.png

Ada apa dengan pendidikan kita ? sebelum kita menjawab semua pertanyaan dari persoalan yang ada diatas, tentu terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu ptoses pendidikan itu sendiri. Seperti yang diketahui oleh banyak orang pendidikan atau proses pendidikan merupakan sebuah aktifitas yang dilakukan secara sadar, dimana usaha dalam aktifita tersebut adalah memberikan atau mentranspormasikan ilmu dan pengetahuan dari seorang guru kepada para murit. Dimana dalam hal ini orang yang tidak berilmu dan tidak memiliki pengetahuan setelah melalui proses pendidikan menjadi manusia yang berilmu dan berpengetahuan serta berwawasan luas. Manusia yang sebelumnya tidak baik setelah melalui proses pendidikan menjadi seorang manusia yang baik. Intinya pendidikan atau proses pendidikan merupakan jalan atau usaha mengubah sebuah keburukan menjadi kebaikan, kebiasaan yang membangkan menjadi patuh dan tunduk demi kebaikan bersama, mampu dan dapat memilah dan memilih kebaikan dan keburukan.

Namun jika memang tujuan dari proses pendidikan demikian adanya, tentunya tidak ada para pelajar dan orang-orang pendidikan dengan segala jenjang dan tingkatan dalam pendidikan melakukan yang namanya tawuran, pertikaian dan perkelahian akan tetapi hal ini masih saja mereka lakukan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Jika ilmu dan pengetahuan yang diberikan oleh para pendidik kepada para anak didiknya dapat membuat mereka dari orang buruk menjadi orang yang baik dalam perkataan, perbuatan, sipat dan tingkahlakunya. Orang yang sebelumnya tidak dapat membedakan menjadi dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Tentu dari semua ini dapat disimpulkan bahwa semua ilmu dan pengetahuan yang diberikan atau ditranspormasikan oleh para pendidik kepada anak didiknya merupakan motor atau penggerak dalam membentuk moral.

Kemudian timbul pertanyaan yang baru, jika memang ilmu dan pengetahun yang diberikan oleh para pendidik kepada anak didiknya merupakan motor dan penggerak dalam membentuk moral tetapi mengapa tawuran, pertikaian dan perkelahian masih menjadi pilihan utama mereka untuk menyelesaikan masalah ?. dimana moral mereka yang telah dimotori atu digerakkan oleh ilmu dan pengetahuan yang telah mereka terima dari para pendidik mereka ?

Oleh karena itu disini kita perlu bertanya, siapa dan bagaimana para pendidik tersebut dalam memberikan ilmu dan pengetahuan kepada para muritnya tersebut ?. Bagaimanakah mereka mengarahkan ilmu dan pengetahuan setelah diberikan dan diterima oleh murit mereka ?. apakah mereka menjelaskan akan menfaat, letak dan tempat dari ilmu dan pengetahuan yang mereka berikan tersebut kepada murit dalam kehidupan mereka sehari-hari khusunya dalam menyelesaikan permasalahan ?. Atau mereka hanya memberikan saja lalu setelah itu selesai, tampa pernah mengarahkan manfaat dan guna dari ilmu dan pengetahuan bagi murit itu sendiri ?

Ketika pada pelajar atau orang-orang yang melakukan proses pendidikan dan telah mengantongi ilmu dan pengetahuan yang luas dan tinggi tersebut, akan tetapi mereka masih saja memilih dan melakukan yang namanya tawuran, pertikaian dan perkelahian. Tentu disini kita sudah dapat mengetahui apa yang hilang dan kurang dari proses pendidikan kita. Para orang-orang yang telah memiliki atau mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari proses pendidikan akan tetapi mereka tidak tahun dan tidak mampun menafaatkan, menempatkannya dalam waktu dan tempat dimana seharus ilmu dan pengetahuan itu digunakan. Artinya ilmu dan pengetahuan mereka tidak bisa menjado motor atau penggerak dalam membentuk moral mereka sendiri. Hal ini disebabkan karena para pendidika ketika memberikan mereka ilmu dan pengetahuan tidak mengikutsertakan akan pemahaman moral dari ilmu dan pengetahuan yang diberikan tersebut.

Disini dapat kita sebutkan hilangnya tanggung jawab moral dari para pendidik itu sendiri dalam memberikan ilmu dan pengetahuan. Banyak para pendidik yang melakukan proses pembelajaran hanya mentransper saja ilmu yang dia miliki kepada muridnya dan tidak membekali murit yang telah dia berikan ilmu tersebut dengan moral. Artinya apa ? bahwa ilmu yang diajarkan kepda siswa tidak bisa menjadi motor dalam membentuk moral bagi siswa itu sendiri pada hal semua ilmu itu merupakan motor dalam membentuk moral.

Misalnya ketika seorang pendidik mengajarkan ilmu sosial kepada anak muritnya dimana setelah ilmu itu berikan dan diajarkan dalam diri murit tersbut akan timbul rasa simpati dan empati terhadap orang lain dan sesamanya. Kemudian ketikan para pendidik mengajarkan ilmu Antroplogi kepada para muritnya setelah ilmu tersebut diberikan kepada siswa atau muritnya maka ilmu tersebut menjadi motor dalam melahirkan sikap untuk dapat saling menerima akan semua perbedaan yang ada pada orang lain baik itu perbedaan adat, resam, kebudayaan dan keyakinan agama dari suku bangsa lain. Ketikan ilmu Kewaraganegaraan diajarkan keapada siswa setelah ilmu diberikan ilmu tersebut dapat membentuk moral yang bisa menghargai dan mencintai bangsanya serta semua penduduk negerinya walaupun berbeda-beda. Dan ketika para pendidik mengajarkan atau memberikan ilmu matematikan kapada para muritya setelah ilmu itu diberikan para murinya tidak hanya pandai dalam menghitung akan tetapi juga dapat menperhitungakan segala akibat dan tanggaung jawab dari semua tindakan yang akan diambil atau dilakukannya.

Begitu juga dengan ilmu agama yang diajarkan oleh seorang pendidik kepada siswanya, setelah ilmu tersebut diberikan kepada siswa maka para siswa tersebut dengan bekal ilmu tersebut dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa yang beragama lain dan hidup berdampingan dengan damai baik itu dalam proses belajar maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dan dengan ilmu tersebut jugalah sikaya lebih dekat dengan simiskin dan kuat bisa melindungi silemah dengan kekuatan yang dimilikinya karena itulah guna serta manfaat dari ilmu itu sendiri. Dan itulah yang harus dihasilkan dalam sebuah proses pendidikan dimana ilmu yang diberikan harus selalu diikuti oleh pembentukan moral serta karakter bagi orang-orang yang mendapatkan atau menerima ilmu dan pengetahuan tersebut.

Namun jika ilmu yang diberikan terlepas dari pada tanggung jawab moral maka ilmu tersebut akan salah digunakan dan bisa menjadi ancaman bagi manusia yang lain. Sehingga bukan kebaikan yan didapatkan dari ilmu dan proses pendidikan tersebut malah sebaliknya. Maka disinilah perlu kesadaran dari semua pihak baik yang terlibat dalam proses pendidikan baik secara langsung maupun secara tidak langsung masalah pendidikan merupakan masalah kita semua bukan masalah sebagaian orang saja, karena pendidikan adalah rohnya suatu bangsa, maju dan mudurnya suatu bangsa sangat tergantung pada proses pendidikannya.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan dimana setiap ilmu yang diberikan selalu menjadi motor dalam pembentukan moral dan karanter bagi siswa atau pelajar yang menerimanya, jika hal itu tidak terjadi maka pendidikan bukan sebuah lembanga yang menghasilkan para interktual yang bermoral namun sebaliknya yang dihasilkan adalah para intelektual yang bermental korup, militant yang dipunuhi oleh rasa angkuh dan sombong didalam dirinya..

moral pendidikan 3.png

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!