Menanamkan Rasa Ingin Bertanya Kepada Anak

Apakah anak kita memiliki rasa ingin tahu dan selalu bertanya banyak hal? Bertanya dalam proses belajar sesungguhnya menjadi hal yang sangat penting, Kasey Short, seorang pengajar di Charlotte Country Day School, menuturkan bahwa budaya bertanya sangat membantu perkembangan intelektualnya. Namun, memang tak semua anak berkarakter demikian. Lingkungan yang kurang kondusif pun biasanya menjadikannya merasa malu dan enggan untuk bertanya.

Hal senada dengan Short diutarakan juga oleh Dan Rothstein dan Luz Santana. Mereka yang menulis buku Make Just One Change: Teach Student to Ask Their Own Question, menuturkan bahwa pembelajaran searah yang memusatkan guru ataupun orang tua sebagai satu-satunya pengajar sebenarnya merendahkan kemampuan berpikir sang anak. Menurutnya, metode membantu anak menyusun pertanyaan sesungguhnya lebih baik dari proses pembelajaran sejarah. Memberikan juga banyak keuntungan baginya antara lain sang akan menjadi lebih tertarik dan terlibat serta ia pun akan mendapatkan banyak hal. Singkatnya, pertanyaannya lebih penting daripada jawabannya.

Gambar 1. Ilustrasi

Bertanya apapun, termasuk segala hal terkait dunia di sekitar mereka, sesungguhnya pun menjadi sifat alami seorang anak. “Mereka sangat aktif dalam belajar tentang segala hal apapun di sekitar mereka melebihi yang kita ketahui”, tutur Brandy Frazier, peneliti dari Universitas Michigan. Pertanyaannya menjadi media dalam proses belajar ini. Namun, memang ada banyak hal yang menyebabkan mengapa mereka cenderung diam dan tak bertanya. Misalnya, lingkungan yang sangat kurang kondusif, khawatir di-judge, merasa malu, dan sebagainya. Mengacu kepada penelitian tersebut, meredam mereka untuk sama sekali tak bertanya apalagi hingga tak menjawabnya, sesungguhnya menjadi hal yang kurang baik.

Tips dan Trik dari Short: Awali dengan Diskusi Hangat dan Hindari Men-judgenya.

Untuk menanamkan budaya tersebut, Short menyarakan tips dan trik berikut: awali dengan diskusi hangat. Saat ia bertanya, hindari men-judge pertanyaannya. Untuk memancingnya bertanya, cobalah awali dengan diskusi hangat. Misalnya, kita sedang menyaksikan pertandingan sepakbola di layar televisi. Sang anak duduk di samping kita. Kita pancing rasa ingin tahunya dengan berkata permainan salah satu tim luar biasa. Lalu, ia bertanya tentang seluk beluk olahraga sepakbola. Saat mengutarakan pertanyaannya, hindari menilainya secara negatif. Apalagi hingga mentertawakannya. Misalnya, menilainya mengajukan pertanyaan yang tak penting dan kurang cerdas. Perilaku ini menyebabkannya menjadi enggan dan malu untuk mengajukan pertanyaan. Biarkan ia mengutarkan segala uneg-unegnya yang ada dalam benaknya hingga selesai. Kita dengarkan dan pahami hal apa yang sesungguhnya ditanyakan olehnya. Lalu, jawablah dengan bahasa yang mudah dimengerti olehnya. Proses pembelajaran ini memang lebih dinamis.

Kesimpulannya, karena menjadi bagian yang sangat penting dalam perkembangan intelektualnnya, tak ada salahnya kita lebih mendorong perkembangan intelektualnya agar lebih baik dengan menanamkan dan mempertahankan rasa ingin bertanya.

Oleh: Rahadian
([email protected])

Referensi:

Gambar: