PENDONGENG CILIK SEKOLAH DASAR SEBUAH PENDIDIKAN MENTAL

Jelang pekan terakhir Muhrain dipercayakan menyeleksi serta melatih pendongeng cilik dari salah satu sekolah dasar di Langsa, berbagai hal unik dan menarik menjadi penambah pola pendidikan teater usia dini yang patut dikaji dan telusuri.

Suasana sekolah di tempat berlangsungnya seleksi antara dua kandidat yang akhirnya memilih satu peserta lomba Festival Literasi Nasional mata lomba Berdongeng tampak ramai.

Siswa SD tersebut yang akan mewakili sekolahnya untuk kompetisi berdongeng mendapat sambutan hangat dan semarak dari teman-teman sekolahnya saat usai menonton dirinya berdongeng.

Sesuatu yang sama sekali tidak ia duga, pendongeng belia mendapat salam bergilir dari penonton, bahkan terlihat peserta yang ia kalahkan memeluknya sebagai satu wujud ekspresi penyemangat dan nilai sportifitas bahkan ikhlas dikalahkan.

Guru yang merekam peristiwa tersebut pun turut haru, betapa mentalitas keduanya (pemenang seleksi dan yang kalah) sangat pantas ditiru. Rasa kekecewaan karena kalah saing justru menjadi rasa kemenangan dari sisi sikap jiwa besar.

Pendongeng yang disalami bergilir itu pun tampak wajahnya bahagia namun terpancar kesiapan diri sebagai bakat pemenang. Seandainya seperti inilah orang - orang dewasa di luar sana menyikapi bentuk kompetitif dari lomba dan persaingan, tentu Indonesia jauh lebih damai.

Memenangi seleksi yang akhirnya harus berlatih maksimal tidak membuat siswa terpilih ini menjadi kendur berlatih, apalagi kedua orangtuanya serta kepala sekolah juga guru pendamping sangat antusias mendorong persiapan tampil baginya agar maksimal.

Meski sempat sakit karena demam cacar, siswa yang duduk di kelas 5 SD tersebut berusaha menyempurnakan kemampuan berdongengnya. Mentalnya tangguh dan harapannya juga realistis, saat sesi latihan vokal yang dilaksanakan di lapangan terbuka, suara juga intonasinya mampu jelas sampai jarak kira-kira 100 meter, padahal perempuan.

Selisih jauh dengan pesaingnya. Kemampuan di atas rata-rata siswa di SD tempatnya bersekolah menjadi kapasitas yang memodalinya sebagai perwakilan pendongeng cilik.

Sebagai pelatih, Muhrain sangat berharap ia mampu melewati setiap fase seleksi, jika beruntung dan layak, siapa mengira bakal menaklukkan Jakarta.