bahayanya GLIFOSAT bagi lingkungan dan kelangsungan gidup umat manusia

in pertanian •  7 years ago  (edited)

DQbdrcvUQAESRnS.jpg
Waspadalah akan pencemaran lingkungan akibat pertanian yang tidak bertanggungjawab. Efeknya bisa lebih
buruk dari yang Anda bayangkan, seorang peneliti-senior biologi & teknologi dari Massachusetts Institute of
Technology, Amerika Serikat, menarik kesimpulan bahwa dalam 10 tahun ke depan, separo dari seluruh bayi
bisa jadi terlahir dengan gejala autis karena orang tua mereka mengonsumsi pangan atau terpapar herbisida
Roundup (biasa dilafalkan “rondap”). Dan itu baru awalnya.552be2b76ea8341c538b4567.jpeg
Dalam sebuah konferensi di akhir 2014, Seneff menyatakan bahwa dengan pola pertanian dan konsumsi yang
ada sekarang, satu dari dua anak dapat terkena gejala autis pada tahun 2025. Ia menemukan dalam risetnya
bahwa efek-efek samping autisme meniru efek keracunan unsur glifosat (glyphosate) yang terdapat dalam
Roundup, racun pembunuh rumput buatan perusahaan Monsanto yang penggunaannya sangat lazim dalam
pertanian di Indonesia. Jika Anda petani, silakan cek kandungan zat ini di kemasan herbisida yang Anda
gunakan. Autisme sendiri merupakan bentuk kelainan perkembangan syaraf yang ditandai dengan
terganggunya interaksi dan komunikasi verbal maupun non-verbal, serta sikap-sikap tubuh yang terbatas dan
diulang-ulang.
Di Indonesia, formula-formula pembunuh rumput yang mengandung glifosat kini dijual secara bebas dengan
pasaran yang luas. Cairan-cairan itu dapat dengan mudah dibeli di warung-warung kecil di pedesaan. Sejak
sistem pertanian TOT atau Tanpa Olah Tanah diperkenalkan kepada para petani kita, penggunaan Roundup
dan sejenisnya menjadi sangat populer. Dan tentu saja, tanpa adanya pendidikan tentang bahaya herbisida dan
pestisida pabrikan, para petani tenang-tenang saja mencampurkan, menebarkan, maupun menyemprotkan
bahan-bahan tersebut, meskipun berbagai penyakit terus mengintai sebagai efek jangka pendek dan
menengah, selain adanya dampak-dampak terhadap kondisi air, tanah, dan udara.2000px-Glyphosate.svg.png
Researchers with Genetically Modified Corn
Standar kostum yang aman dalam pengaplikasian bahan-bahan kimia pabrikan untuk pertanian di negaranegara
maju. Bagaimana dengan Indonesia?
Secara umum, glifosat diserap oleh daun dan bagian-bagian lain dari tanaman, untuk lantas bergerak ke titiktitik
pertumbuhan tunas maupun akar. Pada titik-titik tersebut, glifosat mengintervensi produksi enzim-enzim,
terdiri dari beragam asam amino, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Titik-titik pertumbuhan ini
hanya ada pada tanaman, jamur, serta bakteri, sehingga tadinya glifosat dianggap tidak berbahaya bagi hewan
dan manusia. Namun riset-riset termutakhir membuktikan sebaliknya. Pada Roundup dan produk-produk
serupa, glifosat dicampur dengan elemen-elemen lain yang membuatnya lebih mudah diserap, baik itu lewat
daun dan batang tanaman maupun kulit hewan dan manusia.
Sebagai daftar pegangan, penyakit-penyakit (selain austisme) akibat glifosat yang dipaparkan oleh Professor
Stephanie Seneff serta hasil-hasil penelitian lain adalah: nyeri lambung, diare kronis, colitis, penyakit Crohn,
obesitas, berbagai alergi, gangguan kardiovaskular, penyempitan pembuluh nadi, kanker, gangguan kesuburan
baik pada laki-laki maupun perempuan, kelainan pada janin, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, depresi,
penyakit-penyakit neurodegeneratif lain, gangguan penglihatan, hingga kebutaan.
Di tahun 2009, satu pengadilan di Perancis menyatakan Monsanto bersalah atas kebohongan-kebohongannya
dalam mengiklankan Roundup sebagai herbisida yang “dapat terurai secara alami,” “ramah lingkungan,” dan
“gampang hilang dari tanah.”
Bagaimana racun-racun buatan Monsanto dll. bisa menjadi bagian dari peradaban manusia? Sebagaimana
perusahaan-perusahaan besar bioteknologi di dunia seperti Bayer, BASF, Dow Chemical Company, dan lainnya,
Monsanto memiliki rekam jejak sebagai pengembang produk-produk kimia sintetis. Di antara rekam jejak itu,
pada Perang Dunia II, Monsanto terlibat aktif dalam The Manhattan Project, sebuah proyek penciptaan bom
nuklir pertama. Pada 1967, Monsanto bekerjasama dengan perusahaan Jerman yang menjadi penyalur utama
Zyklon-B, produk yang tadinya digunakan untuk membantai jutaan orang di ruang-ruang gas. Pada Perang
Vietnam, Monsanto merupakan salah satu penyalur utama Agent Orange, senjata kimia yang digunakan untuk
merusak dengan cepat hutan-hutan yang menjadi lokasi persembunyian Viet Cong. Ketika perang-perang pada
periode ini berakhir, stok racun-racun kimiawi itu tak lagi terpakai di medan peperangan. Monsanto dan kawankawan
lantas mengalihkan pemanfaatan racun-racun tersebut ke berbagai bidang, termasuk pertanian.
Dengan alasan melawan kelaparan global, Monsanto dll. berusaha yakinkan dunia bahwa meniru cara bertani
mereka merupakan jalan yang paling efektif, efisien, serta menguntungkan. Para petani disarankan membeli
benih-benih hasil utak-atik genetis dari mereka. Benih-benih itu menghasilkan tanaman-tanaman yang tidak
mampu menghasilkan benih yang baik, sehingga petani harus membeli benih kembali. Agar benih-benih itu
dapat tumbuh maksimal, petani harus membeli pula pasangan-pasangannya, yakni pupuk-pupuk serta herbisida
dan insektisida buatan mereka. Semua berasal dari perusahaan-perusahaan tersebut. Akan tetapi, apabila
terjadi gagal panen, mereka tidak menanggung akibat apa-apa. Dan gagal panen semacam ini telah kerap
terjadi. Sejak 1997, lebih dari 180.000 petani India melakukan aksi bunuh diri. Mereka terjerat hutang dan
kehilangan tanah, menjadi korban kongkalikong pemerintah di sana dengan Monsanto dan korporasi serupa
seperti Cargill dan Syngenta. Kasus gagal panen akibat produk-produk Monsanto telah terjadi pula di Indonesia,
khususnya yang terkenal adalah pada perkebunan kapas.
Maka jika Anda petani, akankah Anda terus merusak tanah dan kemungkinan merusak tubuh orang lain dengan
menggunakan Roundup? Dan jika Anda konsumen, akankah Anda terus-terusan tak peduli dari mana makanan
Anda berasal dan bagaimana makanan-makanan itu diolah? Demi kemaslahatan bersama, isu ini perlu disikapi
lebih lanjut dengan informasi yang memadai dan perubahan-perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Wallahu a’lam

Sumber: suryawan wibisono

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://bekabuluh.wordpress.com/2016/02/05/glifosat-tanah-rusak-otak-rusak/