The Fisherman : A Good Philosophy of Life

It is not about how much do you earn from your effort, but how best you can say thank for what you got. Anything can be taken an example or motive to encourage our mission in the future. Just like a fisherman who look himself in the mirror and examine the motive which sometimes surprises at the choice they make. In the early morning, they wake up and they let the passion lead them to the sea. Sea is the place where they can test the patience, hardship, and luck. The fishermen have started out their job since boyhood, I guess. Their knowledge about the sea and the character of the fishes stretch forward like DNA, instilled in their bone that may tell them who they are. From them, we can learn the motive of life. For what He gives they offer thanks; when He tested, they show patience. It is not primitive to be spiritual as we are.

Bukan tentang seberapa banyak yang Anda dapatkan dari usaha Anda, tetapi bagaimana Anda bisa mengucapkan terima kasih atas apa yang Anda dapatkan. Apa pun bisa dijadikan contoh atau motif untuk meningkatkan misi kita di masa depan. Sama halnya dengan seorang nelayan yang melihat dirinya di cermin dan memeriksa motif yang terkadang mengejutkan pada pilihan yang mereka buat. Di pagi hari, mereka bangun untuk membawa kegairahan mereka ke laut. Laut adalah tempat di mana mereka dapat menguji kesabaran, kesulitan, dan keberuntungan. Para nelayan sudah mulai bekerja sejak masa kanak-kanak, kurasa. Pengetahuan mereka tentang laut dan karakter ikan membentang ke depan seperti DNA, tertananam di tulang mereka,dan mempertegas siapa mereka sebenarnya. Dari mereka, kita bisa belajar motif hidup. Untuk apa yang Dia berikan, mereka mengucapkan terima kasih; ketika Ia menguji, mereka menunjukkan kesabaran. Bukan sesuatu yang primitif menanamkan nilai-nilai spritual dalam kehidupan kita, menggunakan tiap rasa yang sudah dianugerahkan kepada kita.

Giving up is the words that is mostly hated by the fishermen. The destiny has made them see this job as a routine, and happy to serve the need of people. Can we imagine, how this life will look like if there is no any fisherman helping us fullfilling our table with the fresh meat. Yes, we forget about who catch those fishes, but we adore the glistening fish that laid nicely on our table. The fishermen will quit providing us fish when their hands are unable to spread the net or rowing boat to the middle of the sea. Before it happens, quit is impossible.

Menyerah adalah kata yang sebagian besar dibenci oleh para nelayan. Takdir telah membuat mereka melihat pekerjaan ini sebagai rutinitas, dan senang melayani kebutuhan orang. Bisakah kita bayangkan, bagaimana kehidupan ini akan terlihat jika tidak ada nelayan membantu kita memenuhi meja makan dengan ikan segar. Ya, kita lupa siapa yang menangkap ikan-ikan itu, tetapi kita mengagumi ikan berkilauan yang diletakkan dengan baik di atas meja kita. Para nelayan akan berhenti memberi kita ikan ketika tangan mereka tidak sanggup lagi menyebarkan jaring atau perahu dayung ke tengah laut. Sebelum itu terjadi, berhenti tidak mungkin.

Probably, you ever heard Descartes, the father of dualism who wrote: “Cogito, ergo sum”. The meaning is quite simply, “I fish; therefore, I am”. This excerpt brings a serious meaning to the fishermen, I mean, they fish everday to show who they are. Telling the world that "we are in the vast sea, finding fish, so know us as the ones who help you continue this life." So what does fish mean? It is kind of common question for the fishermen, especially they who spend innumerable time in the sea trying to net the fishes. In this element, water, they perceive it as normal shadow, an apparition that sudden shows up in a fleeting instant.

Mungkin, Anda pernah mendengar Descartes, bapak dualisme menulis: "Cogito, ergo sum". Maknanya cukup sederhana, “Saya memancing; oleh karena itu, saya ada ”. Kutipan ini membawa arti yang serius bagi para nelayan, maksud saya, mereka memancing setiap hari untuk menunjukkan siapa mereka. Mengatakan kepada dunia bahwa "kita berada di lautan luas, menemukan ikan, jadi kenalilah kami sebagai orang yang membantu Anda melanjutkan hidup ini." Jadi apa artinya ikan? Ini adalah pertanyaan umum bagi para nelayan, terutama mereka yang menghabiskan waktu yang tak terhitung di laut yang sedang berusaha kerasa mencari ikan. Dalam elemen ini, air, mereka menganggapnya sebagai bayangan normal, penampakan yang tiba-tiba muncul dalam sekejap.

Somehow, the fish is the creature which the human have involved. The plenty of kinds represent our desire, passion, lust and drive which like the exotic fishes beckon us. So, the fishermen as human and the fish is living sea which all widely opened to be interfered in our life. Without the fishermen, fish would not be called as eatable living things. They dedicated their life to satisfy the humanity need, put themselves in dangerous weather that may take their life anytime. However, they are tough, determination make them believe life will not work without challenge, big wave, sharp coral, wrong weather prediction may also cause serious problem. When it come to life, their work gives us a lot of lesson as the philosophy of life, the fisherman is one of the teacher in our life. So, look at their work!

Bagaimanapun, ikan adalah makhluk yang hidup berdampingan dengan manusia. Tiap jenisnya melambangkan hasrat, nafsu dan dorongan kita seperti ikan eksotis memberi isyarat kepada kita. Jadi, para nelayan sebagai manusia dan ikan adalah laut hidup yang semuanya terhampar dalam hidup kita. Tanpa nelayan, ikan tidak akan disebut sebagai makhluk hidup yang bisa dimakan. Mereka mendedikasikan hidup mereka untuk memenuhi kebutuhan manusia, bertaruh dengan cuaca berbahaya yang dapat mengambil hidup mereka kapan saja. Namun, mereka tangguh, tekad membuat mereka percaya hidup tidak akan berhasil tanpa tantangan, gelombang besar, karang tajam, prediksi cuaca yang salah juga dapat menyebabkan masalah serius. Ketika ikan itu datang di kehidupan kita, pekerjaan mereka memberi kita banyak pelajaran sebagai falsafah hidup, nelayan adalah salah satu guru bagi kehidupan kita. Maka perhatikanlah kegigihan mereka.

Being fisherman need to have skill, patience, practice to accomplish all traits that will provide a person excellency throughout their lives. Like fishermen, they dedicate their life for others and play smart identifying the flock of fish and the bait that they use may directly attract the fishes, best bait are important, but if they don't know where the fish is, then they are not called as fisherman. In the open sea, their instinct work and trying to follow the instinct that may lead them to the flock. Their life is not easy as we think, they work in long hours started from early morning to the late at night, or even they don't get good sleep. A lot of preparation required if they want to have a successful fishermen. It is quite impossible, we succeed without having determination, preparation and skill. The fishermen teach us, even in different field, the process of reaching goal is the same. Good fish, is good result of the process.

Menjadi nelayan harus memiliki keterampilan, kesabaran, latihan untuk mencapai semua sifat yang akan memberikan mereka kehidupan mulia. Seperti nelayan, mereka telah mengabdikan hidup mereka untuk orang lain, dengan cara bermain pandai untuk menemukan kawanan ikan dengan umpan yang mereka gunakan bisa langsung menarik ikan, umpan terbaik adalah penting, tetapi jika mereka tidak tahu di mana ikan itu, maka mereka tidak disebut sebagai nelayan. Di laut terbuka, naluri mereka bekerja dan mencoba mengikutinya ke kawanan tersebut. Hidup mereka tidak semudah yang kita pikirkan, mereka bekerja berjam-jam mulai dari pagi hingga larut malam, atau bahkan mereka tidak tidur nyenyak. Banyak persiapan yang diperlukan jika mereka ingin mendapatkan ikan dengan jumlah yang banyak. Sangat tidak mungkin, kita berhasil tanpa tekad, persiapan dan keterampilan. Para nelayan mengajarkan kita, meski di bidang yang berbeda, proses pencapaian tujuan tetap sama. Ikan yang baik, adalah hasil dari proses yang bagus pula.