Ilustrasi perkawinan gadis Aceh (sumber: http://www.google.com/)
Disetiap daerah tentunya memiliki adat dan budaya dan cara hidup yang berbeda. Mulai dari cara bergaul, karakter dan juga budaya menikah. Berbicara soal menikah tentunya harus terlebih dahulu seorng calon mampelai pria memiliki kecukupan mental dan materi. Bukan hanya soal cinta, yang sebagaimana banyak kita temui bahwa faktor materi juga merupakan sebuah masalah dalam rumah tangga. Tidak sedikit pasangan yang berakhir cerai akibat tidak cukupnya amunisi ekonomi.
Oleh karena itu selain faktor agama lain, faktor materi sangat menentukan gagal atau tidaknya sebuah pasangan. Di Aceh sendiri sebelum menikah saja calon mampelai harus menyediakan puluhan juta untuk meminang sigadis. Karna sudah menjadi rahasia umum bahwa meminang gadia aceh harus menyediakan puluhan mahar emas. Belum lagi soal peneuwoe dan resepsi
Pernikahan.
Apalagi mengingat harga emas yang mencapai 1,7 juta. Seseorng calon mampelai harus bersedia menyediakan uang puluhan juta jika hendak meminang gadis Aceh. Ini bukan hendak menakuti para #steemians semuanya yang hendak meminang gadis Aceh. Tapi ini adalah realitas yang saya lihat sendiri dalam lingkungan budaya masyarakat di Aceh. Mungkin ini juga alasan mengapa jomblo semkin meningkat di Aceh.
Padahal jika kita merujuk dari sudut pandang Agama. Menikah bukan merupakan persoalan sulit. Soal mahar Agama tidak menentukan harus puluhan Manyam. Namun itu adalah merupakan syarat sah nikah saja. Walau demikian. Bukan berrti materi tidak diperlukan dalam urusan perkawinan. Kecukupan materi dan mental tetap menajdi persoaln urgent. Namun saya hanya menyuruh para #steemiter untuk menrenung bahwa untuk meminang gadis Aceh butuh biaya besar. Karna kualitas gadis Aceh adalah kualitas terbaik. Mereka bukan hanya cantik, setia tapi umumnya mereka juga memiliki sikap yang lembut dan pemahaman agama yang relatif baik. []