Aku Tak Percaya Cinta

Aku tidak percaya cinta.
Aku tidak percaya cinta.
Aku tidak percaya cinta.

Kata-kata itulah yang selalu ku ucapkan, tanpa sadar aku sambil berteriak keras dalam hati.

Oh Tuhaaan...
Aku memang selalu mengucapkan kata-kata tersebut, namun hatiku tidak bisa berbohong bahwasanya aku masih percaya cinta.

Hati memang tidak bisa berbohong. Dalam diamku di keheningan malam dan dalam lamunan di siang hari, aku masih terbayang peristiwa di beberapa hari yang lalu.

Aaahh... peristiwa tersebutlah yang mengubah pikiranku untuk tidak percaya lagi dengan cinta. Setiap kali aku mengingatnya, hatiku selalu bersedih, jantungku berdegup kencang, air mata tanpa terasa mengalir ke pipiku sedangkan tangan dan kakiku pun terasa dingin sekali, layaknya seperti orang yang baru keluar dari dalam kulkas. Ternyata dalam diam aku masih percaya cinta.

Tuhaann...
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Rasanya aku ingin berteriak keras dan sekerasnya, ingin mengatakan pada dunia bahwa aku sedang putus cinta.

Namun, ketika aku ingin berteriak keras, seperti ada seseorang yang menutup mulutku, menghalangiku agar tidak berteriak dan dia seakan-akan berkata padaku "jangan bersedih, Allah bersamamu, masih banyak cinta yang belum kau lihat, masih banyak cinta yang tersimpan rapi untuk mu, tenanglah... tenangkan hatimu, memohon ampunlah pada-Nya".
Pelan-pelan akupun terdiam, sambil mengucap dalam hati "Astaghfirullahal'aziiim" kalimat itu ku ulang-ulangi sampai hati tenang, air mata berhenti, tangan dan kakipun mulai terasa hangat.

Tuhaaan...
Ternyata aku masih percaya cinta dalam diamku. Masih percaya bahwa aku memang mencintainya dalam diam.

Layaknya seperti Siti Fatimah Az-Zahra r.a, yang mencintai Ali r.a dalam diamnya sampai Ali r.a melamarnya.

Dihujung tangisan, aku berkata dalam hati, "ya Rabb... jika memang dia baik untukku maka dekatkan, pertemukan dan satukanlah kami kelak. Namun jika dia bukan baik untukku maka pisahkanlah kami melalui persaudaraan dalam Islam".

Semoga dengan tulisanku ini, bisa membuat hatiku tenang dan semoga juga bisa membuat para pembaca ikut merasakannya.

Oleh: Nur