ACEHNOLOGI BAB 21 (POLITIK ACEH)

in politik •  6 years ago  (edited)

politik-kompasiana-576ee94ecd92738a043cd533.jpg

Pada kesempatan kali ini saya akan me-review buku acehnologi yang terdapat dalam bab 21, yaitu tentang Politi Aceh. Sumber kajian politik Aceh dapat kita telaah mulai dari hikayat, bahkan dokumen penjajah. Kemudian, kita dapat melihat kembali bagaimana cara Sultan Iskandar Muda hingga Daud Beureueuh menjalankan roda pemerintahan Aceh, yang mencakup dengan politik.

Dalam buku ini telah membagi fase-fase yang memudahkan kita memahami pemikiran tentang politik Aceh :

fase pertama, terjadinya proses Islamisasi dan pendirian beberapa kerajaan di Pulau Ruja, ditandai dengan kemunculan kerajaan-kerajaan Islam, dan saling menyerang antar kerajaan.

Fase kedua, era pendirian dan kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam (1203 M), ditandai dengan karya-karya ulama besar.

Fase ketiga, Kolonialisasi I yang dimana Aceh mengahadapi penjajah (1873) hingga jatuhnya kerajaan Aceh Darussalam yang kemudian dilanjutkan oleh ulama yang tidak hanya sebagai intelektuar tetapi juga sebagai agen perjuangan rakyat Aceh.

Fase keempat, kolonialisasi II dimana ulama Aceh menghadapi Belanda hingga kedatangan Jepang.

Fase kelima, yaitu fase Revolusi I yang dimana kebangkitan ulama Aceh mengatur diri mereka sendiri karena adanya pergolakan sosial-politik yang dimotori PUSA.

Fase keeanam, fase Revolusi II yakni perang Cumbok.

Fase ketujuh, yakni Separatisasi I yaiti peristiwa DI/III dibawah pimpinan Tgk. Abu Daud Beureueh dimana baliknya titik kesadaran Islam dan politik yang dipraktikkan orang Aceh.

Fase kedelapan, fase Integrasi I yaiti dimana Indonesia mempertahankan Aceh sebagai bagian dari NKRI.

Fase kesembilan, fase Separatisasi II dimana Dr. Tgk. Hasan Di Tiro ingin memisahkan Aceh dengan NKRI dan dibangunnya GAM (1976).

Fase kesepuluh, fase integrasi II dimana adanya MOU Helsinki pada 15 Agustus 2005.

Di aceh sendiri kita bisa melihat bagaimana pernan Sultan, Ulama, hingga pejuang Aceh memiliki cara sendiri dalam menajalankan pemerintahan Aceh yang mencakup persoalan politik. Memang perjalanan yang panjang dalam melewatinya, dan juga banyak yang pemimpin pemerintah ini (tidak hanya sultan, tetapi ulama hingga pejuang pun terjun kedalam dunia politik Aceh), dari abad ke 8 M hingga abad ke 21 M.

Dari Kerajaan yang dipimpin oleh Sultan beralih ke Ulama, dari sinilah yang hilangnya kesultanan di Aceh dan juga tidak sesuai dengan sistem ideologi politik yang diinginkan Indonesia. Kemudian Abu Daud Beureueh yang ingin menerapkan Negara Islam di Aceh, membuat cara pandang ini dari pejuang menjadi pemberontak, dan musuh bukan lagi penjajahan dari bangsa Eropa, melainkan Jakarta. Apalagi dengan diubahnya Adat sebagai Undang-Undang menjadi reusam atau kebiasaan, yang tidak hanya menghancurkan politik di Aceh tetapi juga apa yang menjadi dasar pemikiran politik Aceh. Inilah warisan penjajah yang telah mengubah konsep dasar politik kita, sehingga kini kita terbiasa dengan warisan tersebut dan mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa hal ini sudah dirubah.

Mungkin hanya ini yang bisa saya paparkan tentang Politik Aceh, semoga ini menjadi sebuah pembelajaran bagi kita yang membacanya dan terutama bagi saya sendiri yang menulis. Sekian terima kasih.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!