GAM & Keikhlasan Berdamai

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang merupakan sebuah organisasi pembebasan Aceh dari "pendudukan" Indonesia, yang didirikan oleh Tengku Hasan di Tiro pada 4 Desember 1976, memiliki komitmen tinggi menjunjung perdamaian yang disepakati di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005. Tidak lama setelah sepakat berdamai dan mengikat diri dalam sebuah komitmen yang bernama Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki, organisasi ini segera melebur sayap militernya.

Dikutip dari media online detik, pada 27 Desember 2005, Juru Bicara GAM Sofyan Daud yang membacakan statemen Panglima TNA Muzakir Manaf, di Markas GAM, Jalan Tengku Blang Nomor 71, Lamdingin, Banda Aceh, tentang pembubaran Teuntra Neugara Atjeh (TNA).TNA adalah sayap militer atau pasukan tempur GAM yang selama ini terlibat pertempuran dengan TNI dan Polri. Dengan pembubaran ini, maka para anggota TNA akan menjadi warga sipil.

Sebagai sebuah organisasi perlawanan yang dibangun dengan perpaduan intelektualitas dan kekuatan angkatan bersenjata, GAM dinilai gentleman, karena segera meleburkan kekuatan bersenjatanya ke dalam bentuk organisasi sipil yang bernama Komite Peralihan Aceh (KPA). Selain itu, pihak GAM juga tidak lagi menggunakan atribut militer dan memotong senjata api.

Komitmen GAM dalam memenuhi tuntutan yang disebut dalam MoU Helsinki itu, menjadikan GAM tidak lagi memiliki hutang apa-apa terkait dengan komitmen perdamaian. Terkait dengan masih adanya 10 pasal lagi dari 71 pasal dari MoU Helsinki, semunya merupakan tanggung jawab Pemerintah Republik Indonesia.