#Steemit: Euforia dan Menakar Sebuah Kedigdayaan

AKHIR-AKHIR ini banyak ahli nujum yang bermunculan, mulai dari yang abal-abal hingga yang kawakan. Corak dan gaya dalam menganalisanya pun bermacam ragam, hingga mampu meyakinkan para pembaca tentang bagaimana nasib mbah steemit ini kedepannya. Mantap!

Steemit lahir bagai sebuah boom yang memporak-porandakan tidur panjang para steemian. Tercatat, 3 bulan belakangan ini, Aceh khususnya, dilanda demam tinggi yang di diagnosa berasal dari penyakit yang satu ini, steemit.

Image Source

Seakan tidak ada waktu untuk membicarakan hal-hal lain lagi. Duduk satu meja gelas kopi hanya sebagai media tatap muka saja, tidak lupa pula berfoto dengan embel-embel steemit. Seakan segala euforia merupakan sebuah perayaan yang kekal. Dan hal yang mulai langka kita temukan bila harus membicarakan hal-hal yang ringan, semisal kuliah, pekerjaan, asmara dan lain sebagainya. Masuk akal!

Sebuah persiapan tentang berbagai kemungkinan

Bila anda telah memutuskan sikap terhadap sesuatu, maka anda telah siap pula dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan dikemudian hari. Kita tidak punya pilihan lain, berhenti atau mundur berarti hancur! Kita harus berjalan terus, soal bagaimana kedepannya biarlah menjadi urusan takdir dariNya.

Bukankah tidak ada yang abadi pada sebuah penciptaan? Kita mesti siap menyinsingkan lengan baju dan menyilak kaki celana agak sedikit keatas sebagai bentuk kesigapan dengan segala persoalan dan dinamika steemit kedepannya.

Sebagai perbandingan

Saya tidak bermaksud untuk mematahkan semangat para steemian, terlebih bagi newbie yang sedang panas-panasnya dalam memanaskan mesin, tapi saya sangat yakin bahwa euforia ini akan segera berakhir, ini hanya persoalan waktu saja!

Image Source

Banyak sudah euforia yang membuat kita terbuai dan lupa diri olehnya, untuk sekedar mempersiapan hari esok saja kita acap kali lupa. Masih kuat menancap diingatan kita tentunya bagaimana negeri ini dihebohkan oleh batu giok yang sempat mendunia itu. Hampir dapat dipastikan semua masyarakat Aceh kala itu memiliki batu giok sebagai perlambangan kemegahan dan kedigdayaan.

Ternyata Aceh hebat.!

Namun sayang, pelan-pelan Giok yang sempat membuat Aceh terkenal di mata dunia, tiba-tiba saja hilang tak berbekas, bagai ditelan laut di segi tiga bermuda.

Bila memang harus berpisah, aku akan tetap setia, penggalan lirik lagu dari dik Isyana. Sebuah interpretasi dari perasaan saya dan juga teman-teman sekalian. Barangkali euforia kita selama ini terlalu berlebihan, hingga kita larut terlalu dalam, seakan tidak pernah berfikir bahwa Steemit merupakan sistem, program, sebuah ciptaan manusia yang sewaktu-waktu bisa saja collap dan menemui ajalnya.

Lantas apa yang harus kita lakukan?

Kita tidak memiliki kuasa penuh terhadap keberlangsungan steemit ini. Kita sebagai user hanya mampu menjalankan peran sebagai steemian budiman. Misalkan saja tiba-tiba salah satu komponen atau perangkat steemit tidak berfungsi, katakanlah feed atau vote nya tidak muncul atau ngadat, apa yang akan kita lakukan? Tidak ada! Kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita hanya mampu mengeluh dan menunggu.

Image Source

Memang, sebagai user kita memiliki segala keterbatasan. Lain halnya dengan tuan @ned, tuan @dan dan para pengembang, mereka dapat dengan mudah mempreteli apa saya yang mereka kehendaki. Bisa saja detik-detik ini mereka matikan segala perangkat steemit, maka disana kita lihat bangkai Paus, lumba-lumba dan tentu saja ikan bilis seperti kami-kami ini mulai mengapung keracunan dengan perut meletus. Tragis!

Bukan tidak boleh anda merayakan sesuatu itu, barangkali itu merupakan bentuk syukur terhadap apa yang telan anda peroleh selama ini, asalkan kita tidak lena dibuatnya, kita tidak jatuh terlalu dalam hingga membuat anda lupa dengan sebuah tragedi yang sewaktu-waktu bisa saja menghampiri.

Oleh sebab itu, marilah kita merayakannya dengan segala persiapan, agar semua kemungkinan kedepan dapat kita hadapi dengan baik, sembari mengangkat gelas air kebersamaan.
Bravo steemian!!