Pulau Bangkaru
by: farida widyati
Malam ini kabut sangat tebal, tapi itu tidak membuat aku berhenti. Kupercepat langkah kaki meski terasa gemetar, menembus angin tanpa arah dan tujuan yang pasti. Aku menoleh, dia masih mengikutiku. "Ya Tuhan, dia masih mengejarku". Peluh membanjiri sekujur tubuh, mengangkat bulu romaku yang tertidur. Dengan sisa tenaga, akupun melewati bukit terjal hingga menembus hutan. Ntah kemana hutan ini akan berujung, aku hanya berharap dia tidak mendekat. karena aku sangat takut, melebihi rasa takut yang pernah ku alami sebelumnya. Nyanyian jangkrik dan endusan binatang liar semakin membuat bulu kudukku berdiri. "Siapapun tolong aku !!! " aku harap ada yang mendengarnya. Tapi jeritan itu lenyap di telan malam. Napaspun bersahut-sahutan dengan gerakan nadi yang semakin tak terkendali. Aku terus berlari tanpa arah dengan harapan dia tidak mengikutiku lagi. Sepanjang jalan aku hampir tak bisa bernapas, takut, cemas, hatiku hambar bercampur risau. Suara burung hantu mulai tak bersahabat diiringi dengan lolongan anjing liar yang menyayat.
"Ya Allah, apa dia masih mengejarku?",Ucapku gemetar. kemudian ku putar badan untuk memastikan. ternyata dia sudah pergi. Aku bernapas lega dan menghempaskan badan pada tanah. Aroma tubuhku menyatu dengan cucuran keringat dingin yang masih basah.
Tiba-tiba.....
Aaaaaaaaa !!!!
"Disa, kau membuat aku terjatuh. Beri aku ruang agar bisa tidur", ucap Rani sambil mengguncang-guncang tubuh Disa hingga membuatnya terbangun histeris.
"Aaaaa !!!!"
"Ada apa Disa?,kau baik-baik saja?"
"Astghfirullah. Iya, aku baik-baik saja tante", jawab Disa.
Lagi-lagi aku memimpikan hal yang sama dan ini adalah mimpiku yang ke-7 kalinya. Dimana sebenarnya hutan itu? siapa yang mengejarku?.Ah, selalu begini.
Ting nong......
Bel rumah minimalis dengan polesan arsitektur alami itu berbunyi di pagi hari. Rupanya, pukul 7:00 WIB ini sudah ada tamu yang tak sabar untuk dijamu.
"Iya, sebentar". terdengar suara sahutan dari dalam rumah.
Dira berlari menuju pintu dan bergegas membukanya. Siapa sih pagi-pagi begini sudah bertamu?
"Assalamu'alaikum, Dira."
"Wa'alaikumussalam. Eh, Vetra ternyata, mari masuk !"
"Bun, ada Vetra ni"
"Iya. Ajak dia masuk !! Bunda buatin teh dulu ya", ucap Bunda.
Merekapun bercengkrama di ruang tamu. membahas masa kecil yang jahil, usil, kompak, sekaligus lucu. Mereka lupa kapan terakhir kali duduk bersama dan bercengkrama seperti ini. yang pasti semenjak pemindahan tugas Papanya Vetra yang menyebabkan ia beserta keluarga harus ikut pindah ke luar kota. Vetra memiliki hubungan darah dengan Dira, Ayah mereka kakak beradik kandung, kontan tanpa hutang. Itulah yang menyebabkan mereka seakrab dan sedekat ini.
"Btw, ini libur panjangkan? di mana kembaranmu? dia selalu saja begitu, menghilang disaat yang tidak tepat", kata Vetra menggerutu.
"Hahaha, Iya. Kemarin tante datang ke sini untuk mengajaknya menemani tante tidur di rumah karena om Han ada tugas ke luar kota"
"Oh, begitu. Coba telepon kecebong itu ! sudah lama aku tidak mengganggunya, hehehee", pinta Vetra kepada sepupunya.
Pagi yang berembun, mentari masih enggan untuk bangkit dari peraduan. Sama halnya dengan gadis ini, ia masih damai dibalik selimut tebal berwarna mocca. bermalas-malasan di atas magnet empuk dan membiarkan tubuhnya tenggelam ke alam mimpi. maklum saja, kejadian seperti semalam cukup membuat kantong matanya mengendor dan meninggalkan lingkaran hitam khas panda disana.
kring...kring....
Telepon genggam miliknya bergetar. mau tak mau ia harus bangun untuk menjawab panggilan itu.
"Assalamu'alaikum. iya bun iya. udah bangun kok"
"eh, kok bun sih?"
Disa membuka mata lebar-lebar lalu menguceknya dan melihat ke layar telepon. Ternyata itu bukan panggilan bunda.
"Hey. kamu ternyata. maaf, aku pikir bunda"
"Isss, dasar kecebong malas. Jam berapa ini? baru bangun, masih ileran pasti kan? jorok ah"
"Apaan sih, pagi-pagi udah nelpon. inikan hari libur Vetro", Ucap Disa kesal karena membangunkan tidurnya.
"Ke sini dong ! aku di rumah kamu ni mau ngajak liburan bareng. Cepat pulang ya biar bisa beres-beres. kita berangkat besok.jangan lupa bawa semua perlengkapan camping ! aku udah temukan tempat yang khusus untuk liburan kita kali ni. Oh iya, ajak Revan dan Dika juga kalau mereka mau. bye bye Disa". tak sempat Disa menjawab, telepon langsung terputus.
Masih terbayang olehnya mimpi semalam. mimpi aneh yang terus menghantuinya, mempermainkan waktu istirahatnya di malam hari. Ah, tenang Disa, mimpi hanya bunga tidur. Tapi adakah bunga tidur yang terulang 7 kali?? seperti rekaman yang bisa ditonton berulang-ulang kapan pun saat kau mau. Tapi Disa tidak mau, dia tidak mau mimpi itu terus berkelanjutan. cukup ! Disa sudah bosan.
Iapun beranjak dari ranjang dan segera bergegas menuju kamar mandi. Kini, Pikirannya melayang ke rumah dan membayangkan Vetro yang datang mengunjungi kembarannya untuk bercanda memperoloknya. "Ah, ini tidak adil. Dia datang saat aku tidak di rumah. tunggu aku, Vetro ! aku segera datang".
Keesokan harinya.....
BERSAMBUNG
Congratulations @rizqan25! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Upvote, follow
https://steemit.com/poetry/@winansar/poetry-kabut
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @rizqan25! You received a personal award!
Click here to view your Board
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit